“Kita cari solusinya yang terbaik,” kata Bahlil.
Harga minyak mentah Brent yang awalnya melonjak sebanyak 5,7% menjadi US$81,40/barel dalam perdagangan yang ramai awal hari ini, belakangan turun di bawah US$77/barel.
Brent untuk pengiriman Agustus turun 0,6% menjadi US$76,52/barel. Puncak intraday awal di US$81,40/barel merupakan harga tertinggi sejak pertengahan Januari.
Sementara West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 0,7% menjadi US$73,35/barel.
AS Minta Iran Tak Tutup Selat Hormuz
Pada perkembangan lainnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio, pada Minggu (22/6/2025) menyerukan kepada China agar mendorong Iran untuk tidak menutup Selat Hormuz, menyusul serangan udara Washington terhadap fasilitas nuklir Iran.
Pernyataan Rubio disampaikan dalam wawancaranya di acara Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo yang ditayangkan Fox News, tak lama setelah televisi pemerintah Iran, Press TV, melaporkan bahwa parlemen Iran telah menyetujui langkah untuk menutup Selat Hormuz — jalur penting yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak dan gas dunia.
“Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka soal itu, karena China sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk pasokan minyaknya,” ujar Rubio, yang juga menjabat sebagai penasihat keamanan nasional AS seperti dilaporkan Reuters.
“Jika Iran melakukannya, itu akan menjadi kesalahan besar lainnya. Itu sama saja dengan bunuh diri ekonomi bagi mereka. Kami memiliki berbagai opsi untuk menghadapi situasi itu,” lanjutnya.
Rubio menegaskan bahwa penutupan selat akan menjadi eskalasi besar yang bisa memicu respons tegas, tidak hanya dari AS, tetapi juga dari negara-negara lain. Hingga saat ini, Kedutaan Besar China di Washington belum memberikan tanggapan atas pernyataan tersebut.
(mfd/naw)






























