Logo Bloomberg Technoz

CDIA menunjuk enam sekuritas dalam hajatan IPO ini sebagai penjamin pelaksana emisi efek, yaitu PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT Henan Putihrai Sekuritas, PT OCBC Sekuritas Indonesia, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM).

Rp2,37 T untuk Entitas Usaha

Dengan dana segar yang diperoleh sekitar Rp2,37 triliun, CDIA akan menggunakannya untuk suntikan ke beberapa entitas usaha. Lebih rinci, sekitar Rp871,75 miliar akan disalurkan melalui penyetoran modal kepada entitas anak di sektor logistik, yakni PT Chandra Shipping International (CSI) dan PT Marina Indah Maritim (MIM).

Dana yang diterima CSI akan dilanjutkan sebagian sebagai penyetoran modal kepada Chandra Maritime International Pte Ltd (CMI), sedangkan sisanya digunakan untuk pembelian kapal dan pendanaan operasional. Dana yang diterima oleh CMI dan MIM juga akan digunakan untuk pembelian kapal dan kebutuhan operasional.

Lalu, sekitar Rp1,5 triliun akan dialokasikan melalui penyetoran modal kepada entitas anak di bidang pelabuhan dan penyimpanan, PT Chandra Samudera Port (CSP), yang kemudian akan menyalurkan seluruh dana tersebut sebagai penyertaan modal kepada PT Chandra Cilegon Port (CCP). Dana yang diterima CCP akan dimanfaatkan untuk pembangunan tangki penyimpanan, pemasangan pipa saluran ethylene, serta fasilitas pendukung lainnya.

Dividen 40%

Calon emiten terafiliasi Prajogo Pangestu ini menjanjikan pembagian dividen sebesar 40% dari laba bersih kepada para pemegang saham, seiring dengan rencana pencatatan saham perdana di BEI.

"Perseroan dapat membagikan dividen setiap tahun apabila perseroan memiliki saldo laba yang positif dan setelah dikurangi dengan dana cadangan," tulis manajemen dalam prospektus.

Dalam prospektus disebutkan, CDIA telah membagikan dividen tunai senilai US$20 juta pada 2025 yang diambil dari laba bersih tahun buku 2024. Dividen tersebut akan dibayarkan dalam mata uang rupiah.

Sebagai gambaran, sepanjang 2024 CDIA berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang sangat signifikan, melonjak hingga 2.167% dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih meningkat dari US$1,44 juta pada 2023 menjadi US$32,69 juta, atau setara sekitar Rp537,28 miliar. Pendapatan perusahaan turut mengalami kenaikan sebesar 35% dan tercatat sebesar US$102,25 juta.

Dari sisi aset, terdapat lonjakan tajam pada aset tidak lancar yang hampir mencapai tiga kali lipat menjadi US$812,75 juta. Sebaliknya, aset lancar mengalami penurunan dari US$626,07 juta menjadi US$263,03 juta.

Beban kewajiban perusahaan pun meningkat, dengan liabilitas jangka pendek tercatat sebesar US$29,16 juta dan liabilitas jangka panjang naik menjadi US$299,15 juta. Seluruh peningkatan ini juga tercermin dalam penghasilan komprehensif yang naik tajam dari US$1,29 juta menjadi US$32,51 juta.

Sementara itu, sepanjang tiga bulan pertama 2025, CDIA membukukan pendapatan sebesar US$34,64 juta atau sekitar Rp569,61 miliar, mengalami penurunan dibandingkan pencapaian akhir 2024. Laba bersih pada periode tersebut mencapai US$30,23 juta, sedikit lebih rendah dibandingkan total laba sepanjang 2024.

Kendati begitu, struktur aset tetap memperlihatkan penguatan. Aset lancar tumbuh menjadi US$282,5 juta, dan aset tidak lancar juga meningkat menjadi US$889,71 juta. Di sisi lain, liabilitas jangka pendek naik menjadi US$37,51 juta, sedangkan liabilitas jangka panjang tercatat sebesar US$351,83 juta. Total penghasilan komprehensif hingga akhir Maret 2025 mencapai US$30,71 juta.

Struktur Modal Saham

Struktur modal saham CDIA terdiri dari saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp100 per saham. Modal dasar perseroan mencapai 200 miliar lembar saham senilai Rp20 triliun.

Dari jumlah tersebut, saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh sebanyak 112,35 miliar lembar senilai Rp11,23 triliun. Saham tersebut dimiliki oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) sebanyak 66,67% dan Phoenix Power B.V. sebanyak 33,33%. Adapun saham dalam portepel tercatat sebesar 87,65 miliar lembar atau setara Rp8,77 triliun.

Ritel Maksimal 10 Lot

Tidak menutup kemungkinan, investor ritel hanya akan mendapat 10 lot saham CDIA jika pesanan saat IPO membludak. Kemungkinan ini sesuai dengan skema penjatahan (allotment) perusahaan.

Dengan nilai emisi sebesar itu, IPO CDIA masuk golongan penawaran umum kategori IV.

Kategori itu menetapkan jatah saham IPO minimal 2,5% dari jumlah emisi atau minimal setara Rp75 miliar dari nilai emisi keseluruhan.

Artinya, jatah saham IPO CDIA dalam penjatahan terpusat (pooling allotment) tersedia paling sedikit sebanyak 312,07 juta saham. Berbeda dengan fixed allotment yang ditujukan untuk investor institusi, pooling allotment merupakan penjatahan pesanan bagi investor ritel.

Jika ternyata pesanan saham IPO CDIA dari investor ritel melampaui jatah untuk pooling allotment (oversubscribed), ada tiga tahap penyesuaian yang akan dilakukan.

Pertama, jika oversubscribed mencapai antara 2,5-10 kali, jumlah saham untuk pooling allotment dinaikkan menjadi minimal 5% dari keseluruhan jumlah emisi.

Penyesuaian kedua, persentase dinaikkan minimal menjadi 7,5% dari keseluruhan jumlah emisi. Penyesuaian ini dilakukan jika IPO CDIA mengalami oversubscribed 10-25 kali.

Jika ternyata oversubscribed masih terjadi dan mencapai lebih dari 25 kali, penyesuaian ketiga dilakukan. Penyesuaian ini mewajibkan CDIA menyiapkan porsi saham untuk pesanan ritel minimal 12,5% dari keseluruhan jumlah emisi.

Apabila saat penyesuaian terakhir IPO CDIA masih mengalami kelebihan permintaan, barulah pembagian dilakukan secara proporsional.

Sistem hanya akan memberikan jatah pemesanan maksimal 10 lot saham CDIA. Jika suplai sahamnya ternyata juga masih kurang, pemesan yang datang lebih awal akan diprioritaskan.

Dengan asumsi harga pelaksanaan IPO CDIA di Rp190/saham, investor ritel kemungkinan hanya bisa membeli maksimal 10 lot saham atau setara sekitar Rp190 ribu jika antrean pemesanan saham CDIA benar-benar membludak

(dov/ros)

No more pages