Logo Bloomberg Technoz

Maria Eloisa Capurro - Bloomberg News

Bloomberg, Gubernur bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengisyaratkan satu hal yang hampir pasti di tengah banyak ketidakpastian mengenai arah ekonomi dan suku bunga: harga-harga akan naik.

Dalam pertemuan yang digelar Rabu (18/6/2025), para pembuat kebijakan memutuskan secara bulat untuk menahan suku bunga acuan untuk keempat kalinya secara berturut-turut. Mereka masih menunggu kejelasan apakah kebijakan tarif yang diberlakukan akan memberi dampak jangka pendek atau lebih permanen terhadap inflasi.

“Pada akhirnya, biaya dari tarif itu harus dibayar, dan sebagian akan ditanggung oleh konsumen,” kata Powell. “Kita tahu itu akan terjadi, dan kami hanya ingin melihat sedikit bukti sebelum mengambil keputusan yang terlalu dini.”

Namun, proyeksi ekonomi terbaru dari para pembuat kebijakan menunjukkan adanya perpecahan pandangan. Meskipun median proyeksi dalam grafik “dot plot” tetap menunjukkan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, tujuh pejabat kini memperkirakan tidak akan ada pemangkasan pada 2025. Sementara itu, sepuluh pejabat lainnya memperkirakan akan ada dua kali pemangkasan atau lebih.

The Fed's June Dot Plot. (Sumber: Federal Reverse)

“Mereka sepakat untuk tidak mengambil tindakan saat ini, tapi mereka terpecah soal bagaimana menilai risikonya,” ujar Priya Misra, manajer portofolio di J.P. Morgan Asset Management. “Perbedaan dalam dot plot 2025 mencerminkan pandangan berbeda soal seberapa persisten inflasi ke depan.”

Ketika ditanya soal perpecahan itu, Powell merendahkan tensinya. “Tidak ada yang terlalu meyakini jalur suku bunga ini,” ujarnya, mengingat tingginya ketidakpastian dalam perekonomian.

Arah Kebijakan

Sejak awal, para pembuat kebijakan memperkirakan tingkat pengangguran dan inflasi akan naik akibat perubahan kebijakan Donald Trump, khususnya di bidang perdagangan. Beberapa pejabat, termasuk Powell, menegaskan komitmen The Fed untuk mencegah tekanan harga menjadi permanen.

Sejauh ini, ekonomi AS masih menunjukkan ketahanan. Inflasi naik lebih lambat dari perkiraan dalam beberapa bulan terakhir, dan tingkat pengangguran tetap stabil. Meski tingkat ketidakpastian dinyatakan menurun dalam pernyataan usai pertemuan, tetapi masih disebut tetap tinggi.

Powell menegaskan bahwa kebijakan moneter perlu bersifat antisipatif. Ia mengatakan bahwa The Fed mulai melihat dampak tarif, namun efek yang lebih besar kemungkinan baru akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan.

Walaupun proyeksi menunjukkan inflasi akan naik secara signifikan, Powell mengatakan bahwa kondisi pasar tenaga kerja belum mendesak untuk dilakukan pemangkasan suku bunga.

“Dia seharusnya bisa lebih tenang dengan data inflasi yang landai,” kata Misra, “tapi mereka memperkirakan tekanan harga akan muncul dalam waktu dekat.”

Powell dijadwalkan akan kembali menyampaikan pandangannya tentang ekonomi dan kebijakan suku bunga dalam rapat dengar pendapat di parlemen pekan depan.

Proyeksi Terbaru

Dalam pernyataan terbarunya, The Fed menghapus kalimat yang sebelumnya menyebut bahwa risiko terhadap pengangguran dan inflasi meningkat. Namun, proyeksi median terbaru menunjukkan bahwa indeks harga yang menjadi acuan utama The Fed diperkirakan naik 3% tahun ini—naik dari 2,1% pada periode April.

Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 diturunkan, dan proyeksi tingkat pengangguran sedikit dinaikkan.

Para investor saat ini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga pertama terjadi pada September, dengan probabilitas di atas 70% berdasarkan kontrak berjangka. Namun, sebagian besar ekonom percaya bahwa butuh waktu lebih lama untuk memahami dampak penuh dari kebijakan perdagangan, imigrasi, dan belanja negara.

“The Fed saat ini bersikap menunggu dan melihat, mereka tidak buru-buru mengambil tindakan,” kata Stephen Stanley, kepala ekonom di Santander US Capital Markets. “Mungkin pada bulan September kita akan mendapatkan jawabannya—itu pun dalam skenario terbaik.”

(bbn)

No more pages