Logo Bloomberg Technoz

“Ini secara epidemiologi di seluruh dunia mengalami hal yang sama,” kata Parlin.

Dia menuturkan, WHO melaporkan pada 2019 lalu, prevalensi ADB pada anak usia 6-59 bulan atau di bawah 5 tahun sekitar 39,8%. Di Indonesia prevalensi anemia anak di bawah 5 tahun yaitu 38,5% pada 2021. Untuk diketahui, 50% penyebabnya adalah ADB.

Parlin menjelaskan bahwa anemia adalah gejala yang muncul dari beberapa penyakit. Jika seseorang terkena anemia, maka kadar hemoglobin (Hb) nya rendah sesuai usia maupun rasnya. Hal itu terjadi karena produksi eritrosit yang berlebihan, sehingga terjadi hemoglobin yang berkurang atau dapat terjadi juga oleh peningkatan destruksi eritrosit

“Jadi, eritrositnya lebih mudah pecah, usia eritrosit kita rata-rata 100 sampai 120 hari. Tapi karena keadaan tertentu seperti bentuk dari eritrosit itu yang tidak seperti biasanya, salah satunya adalah sindrom sickle cell (anemia sel sabit),” terang Parlin.

Lanjut dia, salah bentuk anemia akibat destruksi eritrosit lebih awal atau lebih cepat salah satunya adalah anemia sel sabit. Anemia pun dapat terjadi karena kehilangan darah atau kasus-kasus non hematologi.

Parlin pun mengatakan bahwa gejala pucat adalah salah satu gejala yang mengharuskan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter segera. Gejala ini dapat muncul secara perlahan atau bisa juga muncul secara akut. 

“Ini semua tentunya akan membawa kekhawatiran kepada orang tua,” ujar Parlin.

(far/spt)

No more pages