"Tuntutan Trump agar Iran ‘menyerah tanpa syarat’ serta ancaman terhadap pemimpin tertingginya menjadi sinyal bahwa jalur diplomatik telah tertutup," ujar Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo Markets Ltd, Singapura. "Setiap gangguan terhadap ekspor Iran — atau skenario terburuk berupa blokade Selat Hormuz — bisa membuat harga melonjak tajam."
Ketegangan ini telah mengguncang pasar global. Investor beralih ke aset-aset aman seperti emas, sementara volatilitas di pasar minyak melonjak ke level tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Produsen minyak juga meningkatkan aktivitas lindung nilai, dengan volume perdagangan kontrak berjangka dan opsi yang turut meroket.
Israel diketahui melancarkan serangan mendadak terhadap fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan lalu. Meski demikian, keterlibatan senjata AS dipandang krusial untuk menghancurkan program nuklir Iran secara lebih menyeluruh dibandingkan kemampuan Israel sendiri.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka mendorong keterlibatan lebih dalam dari AS dalam konflik ini. Dalam wawancara dengan ABC News pada Senin, ia mengatakan bahwa Israel dan AS memiliki musuh bersama dalam diri Iran, serta menyebut keterlibatan AS sebagai bagian dari kepentingan strategisnya.
Sementara itu, menurut laporan The New York Times yang mengutip pejabat AS anonim berdasarkan intelijen terbaru, Iran telah mempersiapkan rudal dan perlengkapan militer lainnya untuk menyerang pangkalan-pangkalan AS di Timur Tengah jika AS resmi bergabung dalam perang.
Di sisi lain, data awal dari industri menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS menyusut lebih dari 10 juta barel pada pekan lalu. Jika dikonfirmasi oleh data resmi yang akan dirilis Rabu malam waktu setempat, maka ini akan menjadi penurunan terbesar sejak musim panas tahun lalu.
Harga:
- Brent kontrak Agustus naik 0,3% menjadi US$76,67 per barel pada pukul 8:45 pagi waktu Singapura
- WTI kontrak Juli naik 0,3% menjadi US$75,09 per barel
(bbn)






























