Logo Bloomberg Technoz

Penguatan rupiah yang tak terlalu besar, meski indeks dolar AS (DXY) terus terperosok di kisaran 98,4 siang ini, terjadi ketika tekanan jual berlanjut melanda pasar saham domestik.

IHSG yang dibuka merah, usai istirahat makan siang, makin tenggelam dengan pelemahan 0,26% di level 7.204. IHSG tertekan data keyakinan konsumen RI pada Mei yang ambles ke level terendah sejak September tiga tahun lalu.

Selain itu sentimen global juga membebani pasar ekuitas akibat perkembangan terbaru perang tarif yang dikobarkan oleh Presiden AS Donald Trump. Usai dilegakan oleh kesepakatan AS dan China di London, pasar dipaksa lagi menghadapi ketidakpastian baru.

Itu berpangkal pada pernyataan terbaru Trump yang bilang akan mengumumkan tarif secara sepihak pada negara-negara mitra dagangnya, seiring akan berakhirnya tenggat waktu penerapan tarif resiprokal pada awal Juli nanti.

Di sisi lain, pasar juga mengkhawatirkan risiko atas kenaikan tensi geopolitik menyusul potensi operasi Israel menyerang Iran. Alhasil, sentimen risk-off kembali menyala dan menekan aset ekuitas.

Pasar SUN hijau

Rupiah masih mendapatkan dukungan dari animo pemodal yang makin besar di pasar obligasi negara. 

Setelah kemarin yield SUN 10 tahun menyentuh level terendah sejak November, hari ini pergerakan imbal hasil obligasi negara juga melanjutkan penurunan. Imbal hasil yang menurun mencerminkan kenaikan harga surat utang akibat permintaan beli yang naik.

Mengacu data OTC Bloomberg pada pukul 14.52 WIB, hampir semua imbal hasil SUN turun cukup banyak, mencerminkan reli harga.

Yield SUN tenor pendek terpangkas lebih banyak di mana imbal hasil 1Y terpangkas 7,3 basis poin (bps). Lalu tenor 2Y turun 3,7 bps, bersama tenor 5Y juga turun 3,4 bps. Tenor 10Y bahkan terpangkas yield-nya 5,6 bps menyentuh 6,692%.

Reli harga SUN hari ini terpengaruh juga oleh tren global. Data inflasi AS yang lebih rendah daripada perkiraan pasar, memicu serbuan investor ke US Treasury hingga yield pun ikut terpangkas.

Ekspektasi penurunan bunga The Fed membesar dan itu mungkin akan membuat pamor dolar AS makin kukuh di jalur bearish. Hal tersebut memberi kesempatan pada Bank Indonesia untuk memangkas bunga acuan lagi paling cepat dalam pertemuan pekan depan. 

(rui)

No more pages