Impor batu bara China turun secara year on year (yoy) selama tiga bulan berturut-turut pada Mei, dan penurunan tersebut kemungkinan akan makin cepat selama sisa 2025, kata Li Xuegang, seorang analis di Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China, Rabu (11/6/2025).
"Kontrol emisi yang lebih ketat dari pemerintah akan memangkas permintaan untuk jenis yang pemanasannya rendah dan kualitasnya buruk," kata Li kepada perwakilan industri di acara tahunan Coaltrans di Beijing.
Selama tiga tahun terakhir, China telah meningkatkan impor lignit, atau batu bara cokelat, dari pemasok luar negeri terbesarnya, Indonesia, dengan mencampur bahan bakar berkalori rendah dan sangat berpolusi dengan jenis yang lebih tinggi untuk digunakan di pembangkit listrik.
Perdagangan itu terhenti karena harga telah turun dan utilitas dapat memperoleh pasokan berkualitas lebih baik dengan harga yang lebih murah.
Pergeseran dari jenis batu bara terburuk juga akan mewakili kemajuan dalam ambisi negara tersebut untuk mengurangi emisi guna memenuhi tujuan iklimnya.
China Huadian Corp, salah satu pembangkit listrik terbesar di negara itu, memperkirakan total impor akan turun menjadi sekitar 400 juta ton tahun ini, dari rekor 543 juta ton yang dibeli pada 2024, menurut Zhang Aipei, Wakil Direktur Produksi.
Mutu yang lebih murni dan berkalori tinggi seharusnya cukup untuk mengisi kesenjangan pasokan musiman atau regional, katanya pada konferensi Coaltrans.
Permintaan batu bara secara umum tetap bertahan, tetapi membuat janji pemerintah untuk mulai mengurangi konsumsi mulai tahun depan diragukan.
Setelah mengalami serangkaian pemadaman listrik yang melumpuhkan ekonomi awal dekade ini, China telah memberikan lampu hijau untuk perluasan besar-besaran kapasitas listrik berbahan bakar batu bara untuk mengamankan pasokan.
Selain itu, konsumsi listrik kemungkinan akan mendapat dorongan dari peluncuran pusat data, dan perluasan manufaktur hijau dan berteknologi tinggi, sementara batu bara juga menemukan saluran lain untuk permintaan dari sektor kimia, menurut pembicara lain di konferensi tersebut.
Produksi dalam negeri, yang mencapai 4,7 miliar ton tahun lalu, merupakan sumber pasokan utama China. Zhang dari Huadian mengatakan ia tidak memperkirakan hal itu akan mencapai puncaknya hingga 2027.
(bbn)































