“Salah satu yang diminati di pasar China adalah chicket feet [ceker ayam]. Nah, itu juga salah satu bagian dari yang kita perjuangkan,” tutur Sudaryono.
Sebagai timbal baliknya, kata Sudaryono, China juga berencana masuk ke investasi industri pengolahan susu serta peternakan sapi perah di Indonesia.
Meski belum bisa menyebutkan berapa nilai investasi China untuk industri susu dan peternakan sapi perah di Indonesia, Sudaryono mengeklaim calon investor yang masuk tergolong cukup besar.
“Karena kalau investasi pabriknya sih mungkin tidak terlalu besar ya, tetapi kalau ditambah nanti dia akan datangkan sapi hidup dan seterusnya, saya kira cukup besar ya. Kita punya keinginan dalam masa mendatang bisa swasembada susu.”
Menurut Sudaryono, swasembada sektor pangan yang paling menantang diwujudkan adalah untuk komoditas susu dan daging sapi. Mau tidak mau, pemerintah masih harus terus mendatangkan sapi indukan dari luar negeri.
Menantikan sapi indukan impor tersebut berkembang biak, lanjutnya, akan membutuhkan waktu lama.
“Kita kalah cepat sama pertumbuhan penduduk manusia. Jadi kita target dalam 5 tahun ini bisa mendatangkan total 2 juta ekor sapi hidup. Indukan untuk kebutuhan daging dan susu.”
Untuk tahun ini saja, sambung Sudaryono, pemerintah menargetkan impor sapi indukan sebanyak 200.000 ekor.
“Nah, 2 juta sapi hidupnya didatangkan, industri pengelolaannya, kita minta mereka [China] juga siapkan. Sehingga kita secara nasional itu menjadi produk nasional kita, menjadi produksi nasional kita dan menambah kemandirian kita di sektor pangan,” tuturnya.
(wdh)
































