Adapun, GOKPL merupakan anak usaha Genting Group, konglemerasi bisnis yang dikendalikan taipan dan pengusaha resor judi asal Malaysia, Lim Kok Thay.
Afiliasi Genting ini memegang 100% hak partisipasi atau participating interest (PI) pada proyek dengan nilai investasi mencapai US$3,37 miliar atau sekitar Rp54,96 triliun (asumsi Rp16.310 per dolar AS).
Nilai investasi itu tidak memasukkan hitung-hitungan untuk pabrik pupuk dan FLNG.
Taufan mengatakan proyek ini bakal bertumpu pada fasilitas FLNG terlebih dahulu untuk mencapai onstream tahun depan. Selanjutnya, SKK Migas bakal berdiskusi dengan GOKPL terkait dengan rencana penyaluran gas untuk kebutuhan PT Pupuk Kaltim (PKT) lewat pipa.
“Mungkin bukan pada 2026 ya [gas pipa] karena nanti untuk mendukung food estate yang di Papua,” kata dia.
SKK Migas mencatat Blok Kasuri menyimpan cadangan gas hingga 2,24 trillion standard cubic feet (TSCF). Selepas persetujuan rencana pengembangan (PoD) I pada 2023, puncak produksi gas dari Blok Kasuri diperkirakan mencapai 330 juta standar kaki kubik per hari (MMScfd).
Adapun, GOKPL telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) untuk kontrak 17 tahun bersama dengan PKT, dengan volume terkontrak 101 MMscfd untuk keperluan ammonia dan pabrik urea yang akan dibangun di Papua Barat.
Sementara itu, sekitar 230 MMscfd akan disalurkan ke fasilitas FLNG yang dioperasikan anak usaha GOKPL, PT Layar Nusantara Gas.
(naw/wdh)






























