Logo Bloomberg Technoz

"Atas perintah Menteri Pertahanan, Angkatan Udara tengah bersiap memberikan kontrak untuk memodifikasi pesawat Boeing 747 guna kebutuhan transportasi eksekutif," kata juru bicara Angkatan Udara kepada Bloomberg News. "Detail terkait kontrak tersebut bersifat rahasia."

Trump membela keputusannya menerima pesawat tersebut saat menghadiri acara bersama Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, di Gedung Putih pada Rabu.

“Mereka memberikan jet kepada Angkatan Udara Amerika Serikat, dan itu hal yang luar biasa,” ujarnya.

Berdasarkan pengaturan tersebut, pesawat dari Qatar akan digunakan sementara hingga dua pesawat baru dari Boeing selesai. Trump menyatakan tidak akan menggunakan pesawat ini setelah ia lengser, dan laporan sebelumnya menyebutkan pesawat tersebut kemungkinan akan dipensiunkan dan dipajang di perpustakaan kepresidenan di masa depan.

Namun, sejumlah anggota parlemen AS dan lembaga pengawas pemerintah mengecam rencana ini. Mereka menilai hal tersebut menambah konflik kepentingan lain bagi seorang presiden yang urusan pemerintahannya kerap tumpang tindih dengan bisnis keluarga, termasuk di Timur Tengah.

Nilai pasti pesawat tersebut belum diketahui. Boeing sendiri telah menghentikan produksi seri jumbo jet ini. Menurut lembaga konsultan Cirium Ascend, harga pasar pesawat ini berkisar antara US$75 juta hingga US$100 juta. Interior mewahnya—yang mencakup kursi besar, sofa, panel kayu, dan suite utama—dibangun satu dekade lalu dan diperkirakan menambah nilai sekitar US$25 juta.

Boeing 747 terakhir lepas landas di Paine Field di Everett, Washington, AS, Rabu (1/2/2023). (Chona Kasinger/Bloomberg)

Beberapa pihak juga mengungkapkan kekhawatiran soal aspek teknis dan keamanan penggunaan pesawat buatan asing sebagai pesawat kepresidenan, mengingat biasanya pesawat Air Force One dilengkapi sistem pertahanan dan komunikasi canggih.

Gedung Putih menyatakan bahwa tim hukumnya telah menyetujui perjanjian ini. Trump pun mengejek para kritikus dari Partai Demokrat sebagai “pecundang.” Ia membenarkan keputusannya untuk segera memperoleh pesawat baru, dengan alasan bahwa Air Force One saat ini “jauh lebih kecil” dan “kurang mengesankan” dibanding pesawat baru milik para pemimpin negara Teluk.

“Kita ini Amerika Serikat, menurut saya kita seharusnya punya pesawat paling mengesankan,” kata Trump dalam wawancara di Fox News baru-baru ini. “Kenapa saya harus menolak hadiah? Kita memberi ke semua orang, kan?”

Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani pada Selasa membela keputusan negaranya, menyebutnya sebagai bentuk transaksi rutin antar mitra, dan menilai kritik terhadap kesepakatan ini sebagai pandangan keliru terhadap negara Arab yang dianggap sedang mencari pengaruh politik.

Hadiah ini menjadi contoh terbaru bagaimana urusan pribadi dan resmi Presiden Trump saling tumpang tindih selama masa jabatan keduanya di Gedung Putih.

Pengumuman resmi ini datang setelah kunjungan Trump ke Timur Tengah pekan lalu, termasuk ke Qatar, di mana ia mengumumkan serangkaian kesepakatan, termasuk rencana Qatar Airways senilai US$96 miliar untuk membeli hingga 210 pesawat Boeing 787 Dreamliner dan 777X. CEO Boeing, Kelly Ortberg, hadir dalam acara penandatanganan kesepakatan tersebut bersama Trump dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani di istana kerajaan Doha.

Penggunaan pesawat Boeing 747-8 dari Qatar ini menambah babak baru dalam saga panjang soal keterlambatan pengadaan Air Force One baru. Trump secara terbuka mengkritik Boeing karena belum berhasil menyelesaikan pesawat tersebut, yang tampaknya tidak akan selesai sebelum masa jabatannya berakhir.

Angkatan Udara AS menyebut bahwa Boeing harus menyelesaikan sekitar selusin masalah teknis, mulai dari kerusakan pada jendela kokpit dan kabin penumpang, retakan pada struktur badan pesawat, kebisingan berlebih, hingga sertifikasi atas karakteristik pengendalian khusus pesawat tersebut.

Pejabat tinggi Angkatan Udara AS sebelumnya mengatakan bahwa Boeing mengusulkan jadwal pengiriman pesawat versi terbaru itu pada tahun 2027. Demi mengejar tenggat tersebut, Angkatan Udara mempertimbangkan beberapa kompromi teknis yang dinilai masih bisa diterima.

Sementara itu, meski pesawat dari Qatar telah dilengkapi interior mewah, termasuk kamar pribadi eksklusif, namun belum memiliki sistem komunikasi rahasia dan pertahanan seperti pada Air Force One. Pesawat ini kemungkinan hanya akan mendapat peningkatan ringan untuk perangkat keamanan dan sistem anti-jamming, sehingga kemungkinan besar hanya akan digunakan untuk penerbangan domestik.

Jet mewah ini sebelumnya berbasis di ibu kota Qatar, Doha, namun sejak 3 April telah berada di San Antonio, Texas, menurut data dari situs pelacak penerbangan ADS-B Exchange.

(bbn)

No more pages