Logo Bloomberg Technoz

Biaya Operasional Naik 38%, Garuda Usulkan Penyesuaian Tarif

Elisabet Lisa Listiani Putri
22 May 2025 15:30

Wamildan Tsani Panjaitan, menjadi Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). (Bloomberg Technoz/Sultan Ibnu Affan)
Wamildan Tsani Panjaitan, menjadi Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). (Bloomberg Technoz/Sultan Ibnu Affan)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Garuda Indonesia meminta penyesuaian tarif dikarenakan bengkaknya biaya operasional. Hal itu diungkapkan oleh perusahaan penerbangan pelat merah tersebut lewat rapat dengar pendapat dengan komisi V DPR RI pada Kamis (22/5/2025).

Menurutnya sejak perumusan tarif batas terakhir yang dilakukan oleh pemerintah di tahun 2019, struktur biaya maskapai telah berubah secara signifikan, terutama untuk biaya avtur dan maintenance. Hal ini diperburuk dengan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap US$ yang juga tergerus sejak tahun 2019 lalu.

“Kemudian yang ketiga margin yang sangat ketat di maskapai ini tentunya memberikan beban yang sangat berat kepada maskapai penerbangan karena dengan penurunan load factor 3-5 % ini sangat mempengaruhi margin dari profit dari maskapai” kata Wamildan Tsani, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk dalam rapat tersebut.

Wamildan menyebut bahwa biaya per penerbangan di tahun 2019 naik sebesar 38% di tahun 2025 sebesar Rp 269 juta apabila dibandingkan dengan Rp194 juta di tahun 2019. Tekanan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya biaya maintenance sebesar 31% sejak 2019 dan biaya bahan bakar yang melonjak sebesar 25% sejak 2019.

Selain itu, biaya upah pegawai juga mencatatkan peningkatan sebesar 12% sejak 2019 dan juga peningkatan biaya dari provider dan agen GDS global yang melambungkan biaya operasional perusahaan penerbangan tersebut.