Wu Xinbo, direktur Pusat Studi Amerika Universitas Fudan di Shanghai, mengatakan bahwa amandemen tersebut menunjukkan adanya kontak yang berkelanjutan antara kedua belah pihak, setidaknya pada tingkat kerja.
“Tantangannya adalah bagaimana kedua belah pihak dapat mempertahankan momentum yang diperoleh dari pembicaraan Jenewa,” katanya. "Saya berharap akan ada pembicaraan tingkat tinggi bulan depan. Tapi tidak ada yang bisa menjamin saat ini."
Pada hari yang sama dengan peringatan China, Wakil Menteri Luar Negeri Ma Zhaoxu mengatakan kepada duta besar AS yang baru untuk China, David Perdue, bahwa Beijing berharap AS akan bekerja sama untuk meningkatkan hubungan.
In my first meeting with Executive Vice Foreign Minister Ma Zhaoxu, I shared President Trump’s priorities for the ??-??relationship. I look forward to working with the Ministry and ?? counterparts to achieve concrete outcomes for the American people. pic.twitter.com/lCCkaQNb2i
— U.S. Ambassador to China David Perdue (@USAmbChina) May 21, 2025
Hal ini terjadi setelah pertemuan sehari sebelumnya antara Gubernur People's Bank of China, Pan Gongsheng, dan mantan Menteri Keuangan AS, Timothy Geithner, yang kini menjabat sebagai ketua Warburg Pincus, menurut pernyataan singkat dari bank sentral.
Dalam pertemuan terpisah antara Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan CEO Asia Society Kyung-wha Kang hari Selasa, diplomat tertinggi China mengatakan bahwa negaranya dan Amerika harus berusaha mencari cara yang tepat untuk bergaul dengan membina hubungan yang positif di kawasan Asia-Pasifik terlebih dahulu.
Pertukran terjadi setelah pembicaraan tingkat tinggi di Swiss awal bulan ini, di mana kedua negara menyetujui jeda 90 hari dalam beberapa tarif timbal balik, meskipun pungutan substansial tetap ada pada impor China.
Interaksi-interaksi ini tampaknya merupakan bagian dari upaya Beijing untuk mempertahankan dialog sementara konflik mengenai pembatasan AS terhadap semikonduktor dan kontrol China atas mineral penting menunjukkan sedikit tanda penyelesaian. Dugaan peran China dalam aliran fentanil ke AS juga masih menjadi perdebatan yang signifikan, dengan para pejabat Amerika menekan China untuk kerja sama yang lebih besar.
Mencairnya hubungan dagang dan perselisihan yang terus berlanjut terkait akses terhadap teknologi menggarisbawahi tantangan untuk menyelesaikan konflik ekonomi antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini.
"Naluri saya adalah bahwa tarif berada di jalur yang agak terpisah dari mempersenjatai rantai pasokan. Logikanya berbeda," kata Graham Webster, pemimpin proyek DigiChina di Pusat Kebijakan Siber Universitas Stanford.
Webster menyarankan bahwa jika kedua negara mencapai kesepakatan perdagangan yang lebih komprehensif, “pembatasan teknologi di salah satu atau kedua belah pihak akan dibahas.”
(bbn)

































