Logo Bloomberg Technoz

Indeks dolar AS di sesi perdagangan Asia pagi ini stagnan di zona merah di kisaran 100,4.

Penguatan tipis rupiah pagi ini juga sejalan dengan reli indeks yang terus berlanjut. IHSG menguat 0,64%, mengabaikan efek pemangkasan peringkat utang Amerika Serikat dan lebih terdorong oleh ekspektasi penurunan bunga acuan BI rate pekan ini.

Semnentara di pasar surat utang, pada pagi ini seperti terlihat dari OTC Bloomberg, tenor pendek bergerak turun yield-nya. Tenor 2Y terkikis 0,6 bps kini di 6,246%. Sedangkan tenor 10Y stabil di 6,872%.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Selasa 20 Mei 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Secara teknikal, rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan di zona hijau, menuju area Rp16.410/US$, lalu tembus resistance potensial sampai dengan Rp16.400/US$. Level resistance berikut perlu dicermati di Rp16.380/US$.

Sementara trendline sebelumnya pada time frame daily menjadi support psikologis potensial pada level Rp16.450/US$. Kemudian, target pelemahan lanjutan untuk kembali ke level Rp16.500/US$.

Selama rupiah bertengger di atas Rp16.400/US$ usai keberhasilan menguat, maka masih ada potensi untuk lanjut menguat hingga Rp16.300/US$.

Sebaliknya apabila terjadi pelemahan di Rp16.500/US$ dalam tren jangka menengah (Mid-term), maka rupiah berpotensi terus melemah dan uji support hingga Rp16.600/US$.

Menunggu BI rate

Pergerakan rupiah yang stabil menjadi kabar baik di tengah pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dimulai hari ini.

Berdasarkan survei Bloomberg terhadap 32 institusi sampai Selasa pagi ini, konsensus pasar memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%, setelah tiga bulan beruntun BI rate ditahan di level 5,75%. 

Bila ekspektasi pasar itu terpenuhi, pemangkasan BI rate pada pertemuan Mei akan menjadi yang kedua tahun ini setelah pada Januari lalu bunga acuan secara tak terduga digunting oleh Bank Indonesia, di luar perkiraan pasar.

Sinyal pelemahan ekonomi domestik yang kian kentara menjadi faktor utama perlunya pelonggaran moneter di Indonesia.

Selain itu, rupiah yang sering menjadi faktor penahan langkah BI menurunkan bunga acuan, kinerjanya juga sudah membaik sebulan terakhir. Rupiah telah menguat 2,65% sejak terakhir kali BI rate diputuskan di 5,75% pada bulan lalu.

"BI rate kemungkinan akan diturunkan jadi 5,50% dengan bank sentral memanfaatkan penguatan rupiah belakangan dan gencatan tarif dagang Tiongkok-AS. Pertumbuhan ekonomi yang berlanjut melemah pada kuartal 1-2025 akibat lesunya investasi dan konsumsi rumah tangga bahkan sebelum terjadi guncangan akibat tarif resiprokal pada April. Rupiah sudah menguat dengan kinerja melampaui mata uang Asia lain," kata Ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson.

Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian menambahkan, urgensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi kian besar di tengah prospek perekonomian global yang suram akibat perang dagang.

(rui)

TAG

No more pages

Artikel Terkait