“Negara-negara besar seperti China dan Uni Eropa cenderung menempuh retaliasi. Sebaliknya, negara-negara berkembang dan mitra dagang strategis AS lebih memilih strategi diplomasi, negosiasi, atau bahkan kompromi tarif untuk menjaga hubungan dagang jangka panjang.”
Deni mengatakan, Pemerintah Indonesia terus intens melakukan komunikasi melalui berbagai kanal untuk menjaga kepentingan nasional. Pemerintah siap bernegosiasi dengan AS.
Kendati demikian, kedaulatan dan kemandirian ekonomi tetap menjadi yang utama dalam mencapai kesepakatan dengan AS. Situasi ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan percepatan dalam deregulasi untuk mendorong perdagangan dan investasi dengan global.
Upaya untuk membuka pasar baru, di luar AS dan China, terus dilakukan. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah turut menjajaki pasar ekspor baru di tengah dinamika perang dagang yang disulut kebijakan tarif AS. Airlangga menuturkan pemerintah belakangan tengah intensif untuk membuka akses pasar di Brasil, Rusia, India, China dan South Africa (BRICS), selepas Indonesia bergabung pada blok ekonomi anyar itu 6 Januari 2025.
“Tentu Indonesia baru masuk menjadi BRICS dan ini juga menjadi akses pasar yang baru,” kata Airlangga dalam konferensi pers, Jumat (26/4/2025).
Selain itu, Airlangga menuturkan, pembicaraan soal Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) belakangan kembali berlanjut selepas dinamika perang dagang saat ini.
Di sisi domestik, Deni melanjutkan, pemerintah mendorong kinerja sektoral yang memiliki nilai tambah tinggi bagi ekonomi dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai global (global value chain).
“Hilirisasi menjadi contoh nyata keberhasilan pemerintah memperkuat struktur perekonomian,” ujarnya.
Ke depan, Deni mengatakan, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara akan menjadi sumber dukungan finansial dan penguatan kolaborasi antar badan usaha milik negara (BUMN) untuk turut mendukung terwujudnya target tersebut.
“Fiskal terus dijaga tetap sehat, sebagai motor untuk pertumbuhan ekonomi dan menjamin kesejahteraan. Dari sisi belanja terus didorong untuk makin efisien di samping tetap menjadi penyangga [buffer] pada saat kondisi perekonomian kurang menguntungkan. Koordinasi secara erat terus dilakukan lintas kementerian/lembaga,” ujarnya.
Badan Pusat Statistik melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,87% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal I-2025. Berdasarkan pertumbuhan menurut pengeluaran, konsumsi pemerintah kontraksi 1,38% dengan distribusi 5,88% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Sebelumnya, Airlangga memastikan negosiasi tarif perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat masih berjalan. Saat ini, tim teknis dari kedua negara sudah bertukar informasi untuk melanjutkan negosiasi tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, Airlangga mengatakan pemerintah menyambut baik hasil pembahasan antara AS yang selesai dengan Inggris dan China. Sehingga, kesepakatan tersebut dinilai akan memudahkan langkah-langkah bagi negara-negara lain.
Menyitir Bloomberg, berdasarkan perjanjian, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Inggris akan mempercepat proses bea cukai barang-barang AS dan mengurangi hambatan pada ekspor pertanian, kimia, energi, dan industri senilai "miliaran dolar", termasuk daging sapi dan etanol. Pemerintah Inggris mengatakan tarif otomotif akan dikurangi menjadi 10% dan bea masuk logam menjadi nol.
Sementara itu, AS sepakat untuk memangkas tarif mereka terhadap barang-barang impor dari China dari sebesar 145% menjadi 30%, termasuk tarif yang dikenakan pada fentanil mulai 14 Mei hingga 90 hari ke depan. Sementara China juga bersedia menurunkan tarif mereka untuk barang-barang impor dari AS dari sebesar 125% menjadi 10%.
(lav)






























