Logo Bloomberg Technoz

'Lag Effect' Bisa Lemahkan Rupiah, tapi Diuntungkan Data Inflasi

Tim Riset Bloomberg Technoz
14 May 2025 07:55

Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar modal Indonesia hari ini kembali dibuka usai melewatkan libur dua hari dan tertinggal dinamika pasar global besar yang menyodorkan narasi baru. 

Menyambut perdagangan hari pertama pekan ini, pergerakan rupiah kemungkinan masih akan menghadapi volatilitas dengan potensi pelemahan sebagai efek ketertinggalan (lag effect) sentimen de-eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, yang menaikkan lagi pamor dolar AS.

Namun, sentimen positif dari data inflasi AS yang lebih rendah ketimbang prediksi pasar akan membantu mengurangi tekanan pada rupiah.


Indeks dolar AS sempat naik 1,4% pada awal pekan dan menekan mata uang yang jadi lawannya. Meski data inflasi CPI Amerika tadi malam dilaporkan lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar, pagi ini DXY masih bertahan di kisaran 101 setelah dini hari tadi ditutup melemah 0,77%.

Di pasar offshore, rupiah sempat menyentuh Rp16.723/US$ pada Senin lalu, lantas ditutup menguat 0,51% kemarin. Pagi ini, rupiah NDF bergerak stabil di kisaran Rp16.637/US$.