Berbasis Batu Bara
Di sisi lain, Bernardus memperkirakan, operasi dua unit PLTU dengan kapasitas 2.000 MW nantinya bakal memutuhkan 6 juta ton sampai dengan 7 juta ton batu bara setiap tahunnya.
“Batu bara masih mendominasi perkiraan kebutuhan 6 juta ton sampai dengan 7 juta ton setiap tahunnya,” tuturnya.
Hanya saja, dia belum dapat memastikan ihwal porsi penggunaan amonia hijau yang awalnya diharapkan bisa sebagai bahan bakar pendamping atau co-firing untuk batu bara tersebut.
“Untuk amonia, saya belum tahu karena tergantung pada aspek ketersediaan pasokan dan juga aspek komersial,” tuturnya.
Dua unit pembangkit ini mengadopsi teknologi steam turbine generator buatan OECD berkapasitas 2x1000 MW, serta Ultra-Super Critical (USC) Boiler generasi terbaru dilengkapi dengan Selective Catalytic Reduction (SCR).
Teknologi ini dipadukan dengan peralatan pengendali emisi terlengkap untuk pembangkit batu bara di Indonesia.
Pembangkit batu bara yang berlokasi di kawasan Suralaya, Cilegon ini dioperasikan oleh PT Indo Raya Tenaga atau IRT. Perusahaan itu merupakan kongsi antara PT PLN IP dengan PT Barito Pacific Tbk (BRPT), perusahaan yang dikendalikan konglomerat Prajogo Pangestu.
PLN IP memegang 51% saham pada IRT, sementara itu BRPT lewat afiliasinya, PT Barito Wahana Tenaga menghimpit 49% saham.
Bloomberg Technoz telah meminta konfirmasi kepada Direktur Utama BRPT Agus Salim Pangestu dan Presiden Direktur IRT Peter Wijaya terkait dengan rencana pengembangan dua unit PLTU ekspansi tersebut.
Termasuk ihwal komitmen penggunaan amonia hijau sebagai bahan bakar pendamping atau co-firing batu bara. Hanya saja permohonan konfirmasi tidak ditanggapi sampai berita ini tayang.
Desain Awal
IRT sempat menggandeng perusahaan industri berat asal Korea Selatan, Doosan Enerbility Co Ltd, untuk melakukan studi final optimasi amonia hijau sebagai bahan bakar pembangkit berkapasitas terpasang 2x1.000 MW itu pada akhir 2023.
Di sela pertemuan meja bundar antarbisnis di KTT Ke-43 Asean saat itu, IRT dan Doosan sepakat untuk mengembangkan peta jalan dan perencanaan atas permintaan dan rantai pasok amonia hijau di Indonesia.
“Ini merupakan bagian dari upaya manajemen Jawa 9 dan 10 untuk memperluas kapabilitasnya sebagai pembangkit hibrida yang mampu berbahan bakar amonia hijau, serta menjawab tantangan dalam menciptakan permintaan dan rantai pasok amonia hijau,” papar IRT melalui keterangan resmi perusahaan, dikutip Jumat (8/9/2023).
Kesepakatan tersebut merupakan tindak lanjut dari studi final untuk memaksimalkan penggunaan amonia hijau dalam PLTU. Doosan telah terlebih dahulu meneliti teknologi co-firing 60% amonia pada tungku Jawa 9 dan 10 yang sebelumnya dilakukan IRT dan PLN.
“Kini Doosan tengah mengimplementasikan optimalisasi pembakaran amonia dengan target penggunaan secara komersial pada 2027”, kata CEO Doosan Power System Myong Dong Ryu di sela kunjungan PLN dan PIP ke fasilitas pengembangan dan produksi Doosan Enerbility di Changwon, Korea, seperti dilansir di laman resmi IRT, Kamis (7/9/2023).
(naw/wdh)