Logo Bloomberg Technoz

Akan tetapi, nilai tersebut masih turun sebesar 20% year to date (ytd) akibat musim dingin hangat di China, penurunan output pembangkit listrik sebesar 1,3% yoy pada awal tahun, serta peningkatan produksi domestik China yang ditargetkan naik 1,5% ke 4,82 miliar ton pada 2025.

Di sisi lain, Indonesia juga mencetak rekor produksi batu bara sebesar 836 juta ton pada 2024 atau 18% di atas target yang ditetapkan di tengah permintaan yang stagnan karena investasi energi alternatif di Asia.

Secara terpisah, Vice President, Head of Marketing, Strategy and Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga ekspor batu bara ke China.

Pertama, fleksibilitas dalam kebijakan harga. Kedua, peningkatan kualitas melalui bauran batu bara dan coal upgrading. Ketiga, dorongan hilirisasi batu bara seperti menjadi metanol, dan diversifikasi ekspor.

Dalam kesempatan terpisah, Plt Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani membenarkan ekspor batu bara tidak hanya diadang oleh faktor permintaan dari pasar utama—seperti China dan India — yang kian tergerus.

Namun, penambang kini dihadapkan pada persaingan dari Rusia yang makin agresif masuk ke pasar Asia setelah Moskwa dilarang mengekspor ke Eropa. Negeri Beruang Merah disebut kian getol memasok ke China, yang selama ini menjadi pasar andalan batu bara RI.

“Rusia menawarkan harga lebih kompetitif, memperketat persaingan dengan batu bara Indonesia,” ujarnya.

Untuk diketahui, pada Maret, impor batu bara Rusia oleh China naik 6% secara anual menjadi 7,33 juta ton. Namun, China juga menaikkan pembelian batu bara dari pemasok lain seperti Australia dan Mongolia. Adapun, Indonesia masih menjadi penyuplai utama batu bara ke Negeri Panda.

Tidak hanya itu, masalah geopolitik global dan perang tarif Amerika Serikat (AS)-China makin menambah ketidakpastian bagi pasar komoditas batu bara.

“Banyak pembeli menahan diri dan mengambil posisi wait and see terhadap kontrak pembelian baru,” terang Gita.

Hal ini menjadi salah satu alasan di balik turunnya kinerja ekspor batu bara Indonesia pada kuartal I-2025, yang merefleksikan adanya tekanan nyata dari sisi permintaan global dan kompetisi pasar.

Kendati demikian, Gita mengatakan Indonesia masih memiliki celah untuk bisa memacu ekspor ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, yang masih membutuhkan batu bara sebagai bagian dari bauran energi mereka.

“Meski tidak bisa sepenuhnya menggantikan porsi ekspor ke China atau India,” kata Gita.

(mfd/wdh)

No more pages