Di pasar global, para pelaku pasar akan mencermati rilis data penting dari AS yang akan memberikan petunjuk awal dampak perang tarif terhadap perekonomian negeri adikuasa itu juga perekonomian global.
AS akan merilis data keyakinan konsumen, data rekrutmen tenaga kerja (JOLTS Opening), juga data perdagangan barang. Sementara Eropa akan merilis data keyakinan konsumen, keyakinan industri juga disertai data inflasi serta peredaran uang.
Penyaluran kredit lesu
Bank Indonesia kemarin telah merilis hasil terbaru survei perbankan kuartal 1-2025. Hasil survei menunjukkan, penyaluran kredit baru oleh perbankan pada tiga bulan pertama tahun ini lebih rendah ketimbang kuartal sebelumnya, sesuai pola historis.
Meski sesuai pola musiman, laju penyaluran kredit baru di awal tahun terindikasi anjlok cukup dalam terindikasi dari angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hanya 55,07% dari sebesar 97,90% pada kuartal akhir tahun lalu.
Kredit modal kerja dan kredit investasi terindikasi paling lesu lajunya, sedangkan kredit konsumsi penurunannya tidak sedalam dua sebelumnya.
Untuk jenis kredit konsumsi, kredit kendaraan bermotor bahkan mencatat kontraksi pada kuartal 1-2025 dengan SBT minus 13,72%.
Kelesuan penyaluran kredit baru pada kuartal 1-2025 bahkan terjadi ketika perbankan menerapkan kebijakan kredit yang cenderung longgar. Indeks Lending Standard tercatat negatif 1,32% mencerminkan longgarnya kebijakan penyaluran, terutama untuk aspek agunan.
Kelonggaran itu diperkirakan berlanjut pada kuartal dua ini dengan laju penyaluran kredit baru diperkirakan akan mulai bangkit. SBT kredit baru untuk kuartal II-2025 mencapai 81,99%, lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya.
Adapun penghimpunan dana pihak ketiga pada kuartal ini diperkirakan melambat dengan SBT sebesar 69,80%, lebih rendah dibanding kuartal II-2024 sebesar 79,14%.
(rui)