"Pencapaian kinerja keuangan BNI pada Kuartal I-2025 mencerminkan pertumbuhan kredit yang sehat serta keberhasilan dari transformasi digital yang turut mendukung peningkatan tabungan,” kata Paolo dalam keterangannya di Jakarta, Senin (28/4/2025).
Total penyaluran kredit BBNI per Maret mencapai Rp 765,47 triliun didorong oleh segmen korporasi yang tumbuh 16% yoy menjadi Rp 433,4 triliun. Di dalamnya termasuk pembiayaan ke sektor swasta dan institusi naik 17% yoy menjadi Rp 317,1 triliun. Sementara kredit ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meningkat 13,3% yoy menjadi Rp 116,3 triliun.
Segmen konsumer menjadi kontributor terbesar kedua setelah korporasi dengan pertumbuhan kredit sebesar 13% yoy menjadi Rp 144,9 triliun. Pertumbuhan tertinggi berasal dari personal loan yang meningkat 13,7% yoy dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 12,5% yoy.
Di kredit segmen menengah, pertumbuhan kredit BBNI ditopang kredit komersial yang meningkat 2,6% YoY. Sedangkan pada segmen kecil tercatat pertumbuhan pembiayaan non-Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar 6,1% yoy
Secara keseluruhan, komposisi kredit BNI didominasi segmen korporasi sebanyak 56,6% dari total pembiayaan. Disusul oleh segmen konsumer 18,9%, kredit ke segmen menengah dan kecil masing- masing 12,6% dan 9,6%.
Sedangkan kontribusi pembiayaan dari anak usaha meningkat dari 1,6% menjadi 2,2%. Pertumbuhan kredit BBNI secara konsolidasi pada kuartal I-2025 telah sesuai dengan target yang ditetapkan sepanjang tahun ini.
Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) terjaga di level 2% dan Loan at Risk (LaR) turun menjadi 10,9% dari 13,3% pada kuartal I-2024.
Perbaikan kualitas ini juga menghasilkan penghematan beban pencadangan yang dibentuk atau credit cost dari 1% menjadi 0,9%, sejalan dengan target aspirasi BBNI tahun ini.
DPK Tumbuh
Pertumbuhan kredit yang sehat juga didukung oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 5% yoy menjadi Rp 819,6 triliun. Pertumbuhan tertinggi berasal dari penghimpunan dana murah (Current Account Saving Account/CASA) sebesar 6,3%, terutama pada produk tabungan yang tumbuh solid sebesar 10,2% yoy menjadi Rp257,8 triliun dan giro tumbuh 3,4% yoy menjadi Rp 320 triliun.
”Keberhasilan digitalisasi dengan hadirnya aplikasi Wondr by BNI dan BNIdirect telah berkontribusi terhadap peningkatan CASA, sehingga rasio dana murah meningkat menjadi 70,5% terhadap total DPK atau tertinggi dari 4 kuartal sebelumnya,” ungkap Paolo.
Pertumbuhan yang berkualitas dari sisi kredit dan DPK mampu mendorong kenaikan pendapatan bunga bersih atau Net interest Income (NII) sebesar 4,7% yoy menjadi Rp 9,8 triliun. Dengan begitu, pendapatan operasional naik 2,8% yoy menjadi Rp 15,25 triliun dan laba bersih meningkat menjadi Rp 5,4 triliun.
Wondr by BNI
Aplikasi Wondr by BNI mampu mencatat peningkatan tabungan dan transaksi. Pengguna aplikasi Wondr by BNI hingga Maret mencapai 6,8 juta dengan jumlah transaksi 218 juta senilai Rp 212 triliun sejak pertama kali diluncurkan pada 5 Juli tahun lalu.
BBNI mencatat peningkatan jumlah transaksi melalui seluruh kanal mobile banking sebesar 57,5% yoy sedangkan total nilai transaksi tumbuh 31,1% yoy.
Seluruh fitur BNI Mobile Banking telah bermigrasi ke Wondr by BNI pada Februari, dan juga fitur- fitur baru seperti ubah cicilan kartu kredit, card to cash, personal financial management yang baru, laporan pajak, hingga fitur lifestyle untuk membeli tiket Java Jazz Festival melalui Wondr by BNI.
Sementara itu pada segmen wholesale, BNIdirect sebagai integrated corporate portal yang telah bertransformasi dan resmi diperkenalkan pada 9 Oktober 2024 mencatat pertumbuhan nilai transaksi sebesar 33,2% yoy atau sebesar Rp 2.374 triliun, dengan peningkatan jumlah transaksi sebanyak 16,4% yoy menjadi 337 juta transaksi.
Ekonomi Hijau
Hingga Maret, BBNI mencatat total sustainable portfolio atau pembiayaan kepada sektor bisnis yang memenuhi Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) sesuai aturan OJK sebesar Rp 182,4 triliun atau 24,3% dari total portofolio kredit BNI.
Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 110,2 triliun disalurkan untuk program pembiayaan dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Rp 72,2 triliun berupa green loan.
Direktur Risk Management BBNI David Pirzada mengatakan, dalam empat tahun terakhir perseroan membuktikan kenaikan portofolio green loan yang kuat dengan CAGR 23,5%.
Guna mendukung transisi usaha debitur, BBNI terus mengembangkan pembiayaan melalui skema Sustainability Linked Loan (SLL), dengan total penyaluran mencapai Rp 6 triliun ke berbagai sektor, seperti peternakan dan pengolahan hasil pangan, manufaktur besi, semen, produk batu bara, serta industri barang dari plastik.
Sebagai wujud komitmen keberlanjutan, BBNI juga secara konsisten mendorong pertumbuhan UMKM melalui program pemberdayaan UMKM berbasis lingkungan.
Pada 2025, BBNI melakukan penguatan Program BUMI (BNI UMKM Ramah Lingkungan) dengan memberikan insentif serta berbagai dukungan seperti pelatihan, business matching, dan sertifikasi lingkungan.
Melalui program ini, BBNI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 13,9 miliar kepada 40 UMKM di sektor industri kerajinan hingga Maret 2025.
Di sisi operasional, BBNI terus melakukan perbaikan dalam pengelolaan limbah dengan mengadopsi prinsip zero waste to landfill. Upaya ini juga dilengkapi dengan program menumbuhkan green lifestyle dalam budaya perusahaan, serta program efisiensi energi yang dilakukan di seluruh kantor operasional BBNI.
"Seluruh program ini diharapkan dapat memperkuat kontribusi BNI dalam menekan emisi dan mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) untuk operasional pada tahun 2028 dan pembiayaan pada tahun 2060,” tutur David.
(red)
































