Pemimpin Rusia tersebut sebelumnya menyarankan Ukraina untuk mengadakan Pemilu dan memilih presiden baru sebelum perundingan semacam itu bisa dilakukan.

Belum ada pembicaraan langsung resmi antara kedua belah pihak sejak pekan-pekan awal setelah Rusia menginvasi Ukraina besar-besaran pada Februari 2022.
Pada Senin malam, Zelenskyy menegaskan kembali kesiapan Ukraina untuk segera berdiskusi guna mengakhiri serangan terhadap infrastruktur sipil.
"Ukraina mempertahankan usulannya untuk tidak menyerang setidaknya target sipil. Dan kami mengharapkan tanggapan yang jelas dari Moskow. Kami siap berdiskusi tentang cara mencapai hal ini," kata Zelenskyy.
Putin dan Zelenskyy baru-baru ini tampak lebih positif terhadap prospek perundingan damai, mungkin sebagai respons atas meningkatnya tekanan dari pemerintahan Trump, yang mengancam akan menghentikan mediasinya, kecuali jika ada kemajuan konkret.
Kedua belah pihak melaporkan pertempuran berkurang selama gencatan senjata Paskah, meski masing-masing pihak menuduh pihak lain melanggar gencatan senjata sementara.
Berbicara di televisi Rusia pada Senin (21/4/2025), Putin mengatakan Rusia memiliki "sikap positif terhadap inisiatif perdamaian apa pun."
Namun, ia belum memberi indikasi secara terbuka bahwa ia siap membatalkan beberapa tuntutan maksimalnya untuk mengakhiri perang, termasuk demiliterisasi Ukraina dan kendali penuh Rusia atas empat wilayah Ukraina yang dicaplok secara ilegal pada tahun 2022.
Sementara itu, para pejabat Ukraina diperkirakan akan bertemu dengan sekutu Barat di London hari ini, Rabu (23/4/2025), untuk membahas rencana gencatan senjata yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Pertemuan ini untuk menindaklanjuti diskusi pekan lalu di Paris, di mana Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyampaikan rencana yang diusulkan Washington untuk resolusi konflik Rusia-Ukraina.
Laporan media menyatakan AS sedang mempromosikan "perjanjian damai" yang sangat menguntungkan Rusia. Proposal tersebut dilaporkan mencakup menghentikan konflik di sepanjang garis depan 1.000 km saat ini, mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia, dan hak veto Rusia atas bergabungnya Ukraina dengan NATO.
Kyiv diperkirakan akan merespons proposal tersebut selama pembicaraan di London.
(bbn)