Sehari sebelum kematiannya, Fransiskus bertemu dengan Wakil Presiden AS JD Vance, yang baru saja pindah ke agama Katolik, dalam pertemuan yang disebut Vatikan sebagai pertemuan yang "ramah."
Awal tahun ini, Fransiskus mengecam rencana Trump untuk meningkatkan deportasi migran tidak berdokumen, dengan mengatakan bahwa hal itu akan menjadi "aib."
Pernyataan tersebut membuat Vance berdebat dengan Fransiskus di media sosial, di mana wakil presiden AS tersebut berusaha menggembar-gemborkan keyakinan Kristennya untuk membela kebijakan Trump.
Pernyataan dari kantor wakil presiden setelah pertemuan dengan Fransiskus tidak menyinggung masalah imigrasi. Namun, dalam khotbahnya pada Minggu, mendiang paus mendesak para pemimpin politik untuk mendukung orang-orang yang rentan dan terpinggirkan.
Pemimpin spiritual dari 1,4 miliar umat Katolik di dunia sejak Maret 2013, Fransiskus berasal dari Argentina, menjadikannya paus pertama dari benua Amerika, serta Jesuit pertama yang memegang posisi tersebut. Ia menjadi paus setelah Benediktus XVI mengundurkan diri.
(bbn)




























