Meskipun penjualan Apple di pasar utama seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok mengalami stagnasi atau penurunan, perusahaan mencatat pertumbuhan dua digit di Jepang, India, Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika.
Samsung berada di posisi kedua dengan pangsa pasar sebesar 18%. Setelah sempat mengalami awal yang lambat akibat keterlambatan peluncuran seri Galaxy S25, penjualan Samsung kembali meningkat signifikan pada bulan Maret, terutama ditopang oleh varian "Ultra" dan perangkat seri A.
Di sisi lain, Xiaomi mempertahankan momentum pertumbuhan sebesar 14%, tidak hanya melalui ekspansi ke pasar baru, tetapi juga berkat peningkatan signifikan di pasar domestik. Reputasi Xiaomi sebagai merek yang lebih premium turut diperkuat oleh keberhasilannya memasuki pasar kendaraan listrik.
Vivo berhasil naik ke posisi keempat, didorong oleh performa yang kuat di Tiongkok serta ekspansi ke negara-negara berkembang. Sementara itu, OPPO yang menempati posisi kelima mencatat pertumbuhan penjualan di India, Amerika Latin, dan Eropa.
Di luar lima besar, HONOR, Huawei, dan Motorola juga mencatat pertumbuhan signifikan. Huawei menjadi produsen smartphone terbesar di Tiongkok pada kuartal ini, sedangkan HONOR dan Motorola menunjukkan peningkatan tajam di sejumlah pasar internasional.
Meskipun pasar menunjukkan pemulihan setelah mengalami kontraksi pada 2023, Counterpoint memperkirakan bahwa secara keseluruhan pasar smartphone akan mengalami penurunan pada 2025. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi global serta potensi gangguan pada rantai pasokan.
Inovasi teknologi seperti kecerdasan buatan generatif (generative AI) dan perangkat lipat diperkirakan tetap menjadi tren utama. Namun demikian, para produsen diharapkan terus mencermati dinamika permintaan konsumen agar dapat menyesuaikan strategi pasar secara tepat.
"Meskipun prospek jangka panjang kami tetap stabil, kami yakin pasar akan menunjukkan penurunan pada tahun 2025."
(prc/spt)

































