Animo yang masih tinggi pada SBN ritel yang memberi imbalan tetap hingga 6,6% per tahun itu, memperpanjang rekor nilai pemesanan untuk SBN ritel seri sebelumnya yaitu ORI027 yang mencapai Rp37,36 triliun.
Emas juga makin diburu oleh investor ritel seperti terlihat di media sosial di mana masyarakat menyerbu butik-butik penjualan emas Antam. Butik Antam bahkan sampai harus membatasi pembelian pada para investor yang datang maksimal tiga keping bila membeli secara langsung emas fisik.
Menurut ekonom, animo yang masih tinggi sebagian masyarakat di tengah makin susutnya keyakinan konsumen serta pemburukan kondisi penghasilan, memberikan petunjuk pada Pemerintah RI bahwa daya beli perlu dijaga.
"Penjualan ritel secara umum menurun namun di beberapa segmen tertentu terutama di masyarakat menengah ke atas masih cukup baik. Pemerintah perlu jaga daya beli dan beri insentif untuk mendorong konsumsi sekaligus percepatan realisasi belanja untuk menjaga daya beli masyarakat," imbuh David.
Konsumsi domestik menjadi 'pertahanan' utama perekonomian RI menghadapi dampak perang dagang. Dengan sumbangan mencapai lebih dari 50% dari PDB, konsumsi domestik perlu didorong untuk bangkit agar tidak semakin tenggelam dalam kelesuan.
Pemerintah RI juga dituntut untuk menyelesaikan tantangan dalam penciptaan lapangan kerja yang sejauh ini dinilai semakin sulit didapatkan di tengah arus PHK yang terus melesat naik. Efek ke depannya bisa kian memukul daya beli masyarakat.
Belanja Lebaran lesu
Riset terakhir yang dilansir oleh Mandiri Institute mengungkapkan ada indikasi masyarakat menahan belanja dan mengalami tekanan daya beli. Tingkat tabungan kelompok bawah terus melambat dan berada pada level terendah pada Ramadan lalu.
"Tingkat tabungan kelompok bawah biasanya meningkat di periode Ramadan, tetapi tahun ini terus melambat dan berada di level terendah, menunjukkan daya beli yang makin tergerus," kata Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Andy Asmoro dalam laporan Mandiri Institute, dikutip Rabu (16/4/2025).
Sementara indeks tabungan kelas menengah stagnan pada Maret lalu, mengindikasikan ada perilaku menahan belanja.
Pada periode yang sama, indeks tingkat tabungan kelas menengah berada pada level 101,8 pada Maret 2025. Angka ini relatif stagnan dibandingkan 101,1 pada Maret 2024. Hal ini dinilai mengindikasikan perilaku menahan belanja.
Adapun tingkat tabungan kelompok atas berada dalam tren melambat terindikasi dari penurunan indeks mencerminkan aktivitas belanja masyarakat kini lebih banyak disokong oleh kelompok ini. belanja saat ini lebih banyak dilakukan oleh kelompok ini.
Secara keseluruhan, pertumbuhan belanja di Ramadan dan libur Idulfitri 2025 terhadap belanja di sebelum Ramadan adalah 11,2%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni 12,1%.
Adapun, pengaruh tunjangan hari raya (THR) terhadap belanja Ramadan makin tinggi. Belanja di Ramadan 2025 baru meningkat signifikan sejak minggu ke-3, melebihi kenaikan pada 2024.
Hal ini dapat dilihat sebagai ketergantungan terhadap THR untuk mendukung konsumsi Ramadan makin tinggi. THR umumnya dibayarkan sejak minggu ke-3.
"Dari periode sebelum hingga Ramadan 2025, aktivitas belanja terpantau lebih sering. Namun, nilainya makin berkurang terutama pada Ramadan. Perilaku ini menunjukkan agaimana masyarakat membuat penyesuaian konsumsi dengan kapasitas finansialnya di tengah tantangan ekonomi saat ini," jelas Andry.
-- dengan bantuan Dovana Hasiana.
(rui)































