Logo Bloomberg Technoz

Impor China ke AS saat ini dikenai tarif setidaknya 145%, sedangkan barang-barang AS yang dikirim ke China dikenai tarif 125%—tarif yang sangat tinggi, sehingga kemungkinan besar akan membuat perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar tersebut nyaris terhenti.

Dampaknya diperkirakan akan memukul China dengan sangat keras. Ekonominya sudah tertekan oleh deflasi, permintaan konsumen lesu, dan kemerosotan properti berkepanjangan. Para ekonom telah menurunkan perkiraan pertumbuhan China tahun ini, di mana UBS Group AG menjadi yang paling pesimis di antara bank-bank besar, memprediksi ekonomi hanya akan tumbuh 3,4% karena tarif AS menghambat ekspor.

Zhu mengatakan China memiliki "keyakinan penuh" mampu mencapai target pertumbuhan sekitar 5% tahun ini, menunjukkan bahwa ini adalah tahun terakhir dari Rencana Lima Tahun ke-14 dan negara ini ada di jalur yang tepat untuk memenuhi target-target yang telah ditetapkan.

Ia juga optimis konsumsi domestik akan meningkat tahun ini dan mengklaim China memiliki "kapasitas penuh" untuk meningkatkan pengeluaran jika diperlukan.

Zhu menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan hingga pensiun pada tahun 2018, mengawasi Departemen Tarif Bea Cukai dan memainkan peran penting dalam negosiasi perdagangan AS-China. Baru-baru ini, ia menjadi penasihat Dewan Negara.

'Negosiasi Belum Pasti'

Para pejabat China berulang kali mengatakan terbuka untuk bernegosiasi, tetapi tidak di bawah tekanan atau ancaman. Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer mengatakan Trump mengharapkan adanya perundingan "pada suatu saat," meski "kita belum sampai di sana."

Trump mengatakan dia sedang menunggu telepon dari China dan menyebut Xi Jinping sebagai teman yang sangat dia hormati, menyoroti preferensinya untuk bernegosiasi antarpemimpin.

Zhu mengkritik tarif AS karena sangat merusak kepentingan nasional China dan mengatakan Beijing tidak akan pernah menyerah pada tekanan eksternal. Dia menambahkan paksaan dari Washington tidak akan efektif dalam menyelesaikan perselisihan.

Saat ditanya apakah China mungkin akan menjual kepemilikan Treasury-nya sebagai respons atas tarif tersebut, Zhu mengatakan pemerintah China adalah "investor yang sangat bertanggung jawab" yang menghargai stabilitas pasar global.

China, yang memiliki sekitar US$700 miliar utang AS, merupakan kreditor asing terbesar kedua setelah Jepang, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa China dapat menggunakan kepemilikan tersebut sebagai leverage.

"Namun, ini didasarkan pada saling pengertian, saling menghormati, dan kerja sama yang saling menguntungkan," kata Zhu, mengacu pada sikap China terhadap kepemilikan Treasury-nya. "Saya sangat berharap AS dan China bisa, berdasarkan rasa saling menghormati, kembali berunding."

(bbn)

No more pages