Logo Bloomberg Technoz

Produksi AS telah melonjak berkat revolusi minyak serpih (shale), dan China telah memanfaatkannya dengan meningkatkan kapasitas pembuatan plastiknya.

Hingga pekan lalu, pabrik-pabrik tersebut memasok mesin ekspor yang sangat bergantung pada konsumen Amerika. Semua itu kini telah diinjak-injak oleh peningkatan tarif yang cepat.

Importir propana China telah dengan panik mencoba melepas kargo AS yang tidak lagi mampu mereka beli dengan imbalan pasokan lain. Namun, mereka telah ditawari pengalihan sekitar US$130 per ton, menurut para pedagang, yang sekitar empat kali lipat dari harga yang bersedia mereka bayar.

Pembeli yang paling terpengaruh adalah pabrik dehidrogenasi propana (PDH) yang mengubah bahan mentah menjadi propilena, bahan dasar plastik.

Sektor ini telah beroperasi dengan margin yang sangat tipis karena peningkatan kapasitas yang besar-besaran dirusak oleh ekonomi China yang melambat, yang telah menyebabkan tingkat produksi yang lebih rendah dan proyek-proyek baru tertunda.

Pertumbuhan Pesat

Perdagangan LPG dari AS ke China telah tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir hingga mencapai sekitar US$1 miliar per bulan.

Sekitar 60% impor negara itu tahun lalu berasal dari Amerika — hampir empat kali lipat dari pemasok nomor 2 Abu Dhabi.

Selain itu, kargo dari Timur Tengah sering mencampur propana dengan butana, yang merupakan bahan baku yang kurang cocok untuk pabrik China, menurut para pedagang.

Pabrik PDH telah menjamur di sepanjang pesisir timur China, meningkatkan kapasitas hingga hampir 22 juta ton pada akhir tahun lalu, sekitar tiga kali lipat dari empat tahun lalu, menurut Rystad Energy AS.

Dengan tarif impor sebesar 125%, pabrik akan kehilangan US$770 untuk setiap ton propana Amerika yang mereka proses minggu lalu, menurut firma riset tersebut.

Namun, mereka akan memperoleh sedikit keuntungan dengan beralih ke kargo Timur Tengah, dengan asumsi biaya yang lebih rendah sebesar US$30 per ton untuk pertukaran tersebut, kata analis Rystad Manish Sejwal.

Sementara itu, eksportir AS mulai mendapatkan pembeli baru di Eropa, menurut Citigroup Inc. India bisa menjadi kemungkinan lain jika harga turun lebih jauh, kata Rystad.

(bbn)

No more pages