Namun, Mlynarz mengatakan proyek ini tetap layak secara ekonomi karena akan menggunakan teknologi yang lebih efisien dan menghasilkan produk sampingan seperti emas dan asam sulfat.
Cile termasuk negara yang ingin meningkatkan kapasitas smelter domestik demi alasan keberlanjutan dan untuk mengurangi ketergantungan pada China.
Enami telah mulai menjajaki konsultan untuk proses pendanaan proyek tersebut, di mana perusahaan negara ini akan mempertahankan kepemilikan 100%, kata Mlynarz.
Salah satu opsinya adalah pembeli logam membayar di muka untuk tembaga. Pendanaan dari lembaga multilateral juga menjadi alternatif, tambahnya.
Mlynarz berupaya agar proyek ini bisa mulai berjalan sebelum masa jabatan pemerintah saat ini berakhir pada Maret, dengan izin lingkungan dan hasil audit independen yang diharapkan selesai pertengahan tahun ini.
“Sekarang ada banyak pihak yang tertarik — sangat berbeda dibandingkan 20 bulan lalu,” kata Mlynarz.
Ketika ditanya apa yang berubah, dia menjawab: “Kepastian proyek — kemungkinan besar proyek ini akan menjadi kenyataan.”
Secara terpisah, perusahaan tambang negara lainnya di Cile, Codelco, sedang mengembangkan proposal untuk membangun smelter baru dengan dana swasta.
Codelco menutup salah satu smelter-nya pada 2023 karena alasan lingkungan, sementara usulan pengetatan aturan emisi mengancam smelter lainnya.
(bbn)
































