Logo Bloomberg Technoz

“Yang penting kita melakukan investasi ke dalam Indonesia yang juga membawa nilai tambah. Harus ada transfer of knowledge, technology transfer. Jadi bukan hanya ‘saya buka pabrik’, habis itu jual lagi keluar. Itu nggak membawa nilai tambah,” tegasnya.

Pandu menekankan strategi investasi Danantara difokuskan pada penguatan kinerja perusahaan pelat merah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui konsolidasi aset dan pemilihan investasi dengan orientasi nilai tambah. Dia menyebutkan, Danantara saat ini telah memiliki saham di sekitar 18 BUMN yang tercatat di pasar modal.

Pendekatan yang digunakan bersifat kolaboratif, yakni antara perbaikan sisi operasional oleh kementerian terkait, dan pendekatan investasi dari sisi Danantara. Diamana konsolidasi aset menjadi langkah penting dalam transformasi perusahaan pelat merah.

“Tugas kita adalah memperkuat perusahaan-perusahaan yang ada di bawah BUMN, membuat lebih profit, itu aja. Kita harus konsolidasi sebagian besar aset-aset tersebut,” tegasnya.

Meski belum merinci nama emiten atau sektor prioritas, Pandu menekankan bahwa fokus utama Danantara adalah pada potensi return investasi, sambil tetap selektif dalam menilai setiap kasus.

“Yang penting return-nya masuk. Kita bakal lihat case by case,” ujarnya.

Merespons situasi global seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, Pandu menyebut Indonesia justru berpotensi diuntungkan karena kini lebih fokus membenahi kebijakan dalam negeri. Ia melihat, banyak investor global mulai melirik Indonesia karena dianggap stabil secara politik dan kebijakan.

“Perang dagang malah membuat Indonesia banyak fokus ke diri kita sendiri. Sebenernya ini bagus. Fokus ke deregulasi yang Senin minggu lalu dibicarakan, fokus kepada investasi,” kata Pandu.

Bahkan, menurutnya, sejumlah investor besar asal Amerika telah aktif berdiskusi dengan Danantara untuk mencari peluang penanaman modal di Indonesia. 

“Mereka yang nanya-nanya saya, ini sebaiknya bagaimana ya. Mereka malah bilang, bisa gak kita masuk ke Indonesia?” ungkapnya.

Namun ketika ditanya lebih lanjut mengenai potensi investasi dari negara lain di kawasan Timur Tengah, Pandu belum mau merinci. 

“Tunggu bos, nanti biar kita bisa diwawancara lagi,” katanya.

(hps)

No more pages