Seperti diberitakan sebelumnya, kebijakan buyback tanpa RUPS diluncurkan akibat tekanan yang terjadi di bursa saham Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah sebesar 11,67% secara year to date (ytd) hingga penutupan perdagangan 10 April 2025.
IHSG sempat berada di level 6.510,62 pada 27 Maret 2025, atau turun sebesar 8,04% secara ytd. Namun pasca libur Lebaran, pasar mencatat tekanan yang lebih dalam.
Selain itu, bursa saham juga sempat mengalami trading halt beberapa waktu lalu.
Belakangan, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengerek batas penghentian sementara perdagangan (trading halt) dari sebelumnya 5% menjadi 8%, menyusul gejolak yang terjadi di pasar modal saat ini.
Direktur Pengembangan BEI Jeffry Hendrik menjelaskan keputusan tersebut telah melalui komunikasi intensif dengan OJK dan para pemangku kepentingan lainnya. Tujuannya adalah untuk menjaga ketersediaan likuiditas pasar di tengah fluktuasi tajam.
“Dari pengalaman kita sebelumnya, pada saat pasar turun 5%, pasar kita kita tutup 30 menit, dan selama 30 menit itu tidak ada likuiditas bagi investor," jelas Jeffry ketika ditemui awak media di BEI, Jakarta, Rabu (9/4/2025).
(fik/naw)
































