Di sisi lain, Albert menambahkan, perseroannya turut mengembangkan proyek Tembaga Tujuh Bukit untuk pembukaan tambang bawah tanah mendatang.
Albert mengatakan perseroannya berencana merilis studi pra-kelayakan terbaru pada kuartal II-2025, yang mencakup proyeksi keekonomian proyek dan perluasan kapasitas produksi.
“Dengan estimasi sumber daya terindikasi yang telah diperbarui dan menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan estimasi sebelumnya,” kata dia.
Dari sisi kinerja keuangan, MDKA mencatat rugi bersih US$55,76 juta sepanjang 2024, rugi lebih lebar dari posisi minus pada 2023 di angka US$20,65 juta.
Kendati demikian, MDKA mencatat pertumbuhan pendapatan 31,18% secara tahunan ke level US$2,23 miliar sepanjang 2024. Sementara itu, EBITDA meningkat menjadi $329 juta, naik 36% dibandingkan dengan 2023.
Torehan itu didorong kinerja anak usahanya yang bergerak di tambang dan pemurnian bijih nikel, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) serta ditopang harga emas yang tetap tinggi.
Sekadar catatan, MBMA mencatat lonjakan produksi lewat tambang PT Sulawesi Cahaya Mineral sebesar 10,1 juta metrik ton basah atau wet metric ton (wmt) limonit, naik 150% secara tahunan, dan 4,9 juta wmt saprolit, naik 110% dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, smelter MBMA juga mencatat kenaikan produksi nikel dan menghasilkan 82.161 ton nickel pig iron (NPI), atau meningkat 26%, dan 50.315 ton nikel matte bermutu tinggi atau high grade nickel matte (HGNM) yang naik 66% dibandingkan dengan realisasi 2023.
(naw/wdh)































