Sementara itu, otoritas Malaysia sebelumnya menyatakan belum menemukan bukti adanya kecurangan terkait pengiriman cip AI Nvidia dari Singapura. Namun, mereka berjanji akan terus bekerja sama dengan AS dan Singapura untuk menangani kekhawatiran mengenai perdagangan teknologi canggih.
Jika server tersebut benar-benar mengandung cip Nvidia canggih dan akhirnya sampai ke China, hal itu bisa melanggar aturan perdagangan AS. Washington selama bertahun-tahun telah membatasi impor semikonduktor canggih dan peralatan pembuatannya ke China, dengan alasan bahwa teknologi ini—terutama dalam aplikasi kecerdasan buatan—dapat memperkuat kapabilitas militer Beijing. AS juga telah memperluas beberapa pembatasan ini ke negara-negara di Asia Tenggara dan Timur Tengah, karena khawatir kawasan tersebut dapat menjadi jalur perantara bagi China untuk mendapatkan teknologi yang telah dilarang.
Dalam upaya ini, Singapura menjadi salah satu pusat perhatian. Menurut laporan Bloomberg, pejabat pemerintahan Trump sedang menyelidiki apakah startup kecerdasan buatan asal China, DeepSeek, berhasil membeli cip Nvidia yang dilarang melalui pihak ketiga di Singapura. Sejumlah anggota parlemen AS juga menyoroti besarnya pendapatan Nvidia dari Singapura meskipun volume pengiriman fisiknya ke negara itu relatif kecil. Mereka menduga ada kemungkinan transshipment atau pengiriman kembali perangkat keras ke China.
Namun, pejabat Singapura dan Nvidia menegaskan bahwa banyak pelanggan Nvidia menggunakan Singapura sebagai lokasi penagihan pusat, sementara jumlah pengiriman fisik cip Nvidia ke negara itu sebenarnya tidak signifikan.
(bbn)






























