"Banyak elemen dari Kontrak Perdamaian telah dibahas," kata Trump dalam unggahan di media sosial tentang panggilan telepon tersebut, di mana kedua pemimpin juga sepakat untuk memulai proses negosiasi menuju gencatan senjata yang lebih besar.
"Proses itu sekarang sudah berlaku penuh dan efektif, dan kami berharap, semoga, demi Kemanusiaan, akan menyelesaikannya!"
Utusan Trump, Steve Witkoff, yang menemui Putin untuk membantu mempersiapkan pertemuan kedua pemimpin tersebut, mengatakan dalam wawancara dengan Fox News bahwa delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz akan pergi ke Arab Saudi untuk mendiskusikan rincian detail perjanjian lebih lanjut untuk mencapai gencatan senjata.
Bahkan kemajuan kecil pada proposal gencatan senjata Trump yang terkenal, tetapi kontroversial bisa jadi cukup untuk membungkam sejumlah kritik bahwa ia mengkhianati Ukraina. Hal ini bahkan mungkin merupakan kemenangan politik pada saat beberapa analis khawatir Trump akan secara resmi mengakui kedaulatan Rusia atas wilayah Krimea Ukraina atau membuat konsesi lainnya.
"Saya sudah menduga adanya hal terburuk," kata Letnan Jenderal Purnawirawan Ben Hodges, mantan Komandan Jenderal Angkatan Darat AS di Eropa, dalam wawancara dengan Bloomberg Television.
"Fakta bahwa kita tidak mendengarnya lebih baik daripada jika kita mendengarnya. Namun, kita harus sangat jelas — saya pikir Vladimir Putin sama sekali tidak tertarik pada penyelesaian jangka panjang yang sebenarnya, selama ia tetap berkuasa, dan tujuannya tetap menghancurkan Ukraina."
Witkoff mengatakan kesepakatan untuk mengurangi permusuhan tidak hanya terbatas pada infrastruktur energi secara umum — meski ringkasan panggilan telepon dari Rusia tidak menyebutkan hal itu — dan bahwa ada konsensus tentang kedua masalah tersebut antara Trump dan Putin.
Ia juga mengatakan berharap Ukraina akan menyetujui gencatan senjata maritim di Laut Hitam. "Saya pikir ini adalah jarak yang relatif dekat menuju gencatan senjata penuh," tambahnya.
Namun, sambil menekankan tidak ada perubahan dari perang yang masih berkecamuk di Ukraina, gelombang pesawat nirawak Rusia membombardir ibu kota Kyiv selama berjam-jam pada Selasa malam.
Zelenskiy mengatakan infrastruktur sipil, seperti rumah sakit, termasuk di antara yang terkena serangan pesawat nirawak. "Hari ini, Putin secara efektif menolak proposal gencatan senjata penuh," kata pemimpin Ukraina dalam unggahannya di X dalam bahasa Inggris. "Akan tepat bagi dunia untuk merespons dengan menolak segala upaya Putin untuk memperpanjang perang."
Pemulihan Hubungan
Meski Ukraina fokus pada pembicaraannya dengan Putin melalui panggilan telepon, Trump mengisyaratkan ia juga mengincar keuntungan geopolitik dan ekonomi yang lebih luas dari hubungan yang diperbarui dengan Rusia.
"Kedua pemimpin sepakat bahwa masa depan dengan hubungan bilateral yang lebih baik antara AS dan Rusia memiliki keuntungan yang sangat besar," kata Gedung Putih dalam ringkasan percakapannya. "Ini termasuk kesepakatan ekonomi yang sangat besar dan stabilitas geopolitik saat perdamaian telah tercapai."
Pemerintahan Trump juga mengatakan kedua pemimpin itu berbicara "secara luas" tentang Timur Tengah "sebagai wilayah kerja sama potensial untuk mencegah konflik di masa depan," di mana AS dan Israel terlibat dalam pertempuran di berbagai medan melawan organisasi yang didukung oleh sekutu Rusia, Iran.
Kremlin mengatakan dalam pernyataannya sendiri pada panggilan telepon Selasa bahwa ada "berbagai bidang," di mana AS dan Rusia bisa bekerja sama dan kedua pemimpin tersebut membahas "pengembangan kerja sama yang saling menguntungkan di sektor ekonomi dan energi di masa depan."
Pertanyaan besar berikutnya ialah apakah sekutu-sekutu Eropa akan melihat hal yang sama seperti Trump. Sejauh ini, mereka menyatakan tidak akan melakukannya. Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan Inggris dan Uni Eropa sedang berunding untuk mempercepat pengiriman senjata ke Ukraina menjelang gencatan senjata penuh, dan bukan menghentikannya seperti yang diminta Putin.
Lammy mengatakan ia membahas kemungkinan mengirim lebih banyak dukungan militer ke Ukraina sebelum gencatan senjata secara luas berlaku. Pertemuan itu diadakan di London bersama diplomat tertinggi Uni Eropa, Kaja Kallas, Selasa. Gagasan ini juga disinggung pada pertemuan para Menteri Luar Negeri G7 di Kanada pekan lalu.
"Tentu saja niat kami ialah menempatkan Ukraina pada posisi terkuat secara militer dan ekonomi," kata Menlu Inggris itu kepada Bloomberg dalam wawancara sebelum panggilan telepon Putin dengan Trump berakhir. "Kami ingin perdamaian, tetapi kami mendapatkan perdamaian melalui kekuatan, dan itu berarti menempatkan Ukraina pada posisi terkuat untuk menangkis segala kemungkinan perang yang akan terjadi lagi."
(bbn)





























