Logo Bloomberg Technoz

Hamas mengeluarkan pernyataan setelah Israel mulai menyerang Gaza kembali, dikatakan bahwa Netanyahu telah memutuskan untuk "membatalkan perjanjian gencatan senjata, yang membuat nasib para tahanan di Gaza tidak jelas."

Berbagai serangan itu merupakan tanda terbaru bahwa konflik Timur Tengah, yang meletus setelah serangan Hamas pada Oktober 2023 terhadap Israel, kembali meningkat. AS pekan ini meningkatkan serangan ke target-target Houthi di Yaman.

Puing-puing di lokasi serangan Israel di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin (27/5/2024). (Ahmad Salem/Bloomberg)

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan bahwa serangan balik ke Houthi tidak akan "berhenti," kecuali serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dihentikan.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt dalam wawancara dengan Fox News mengatakan bahwa pemerintahan Trump sudah dimintai pendapatnya mengenai serangan terbaru Israel di Gaza.

"Seperti yang telah ditegaskan oleh Presiden Trump: Hamas, Houthi, Iran, semua pihak yang berusaha meneror bukan hanya Israel, tetapi juga AS, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal," kata Leavitt. "Semua akan hancur berantakan."

Pada Senin (17/3/2025), Hamas mengklaim Israel gagal memenuhi komitmennya pada tahap pertama gencatan senjata, secara khusus menyinggung penahanan barang-barang tempat penampungan dan keputusan Israel menutup titik-titik penyeberangan untuk pengiriman bantuan pada awal bulan.

Pada tahap pertama perjanjian, yang berakhir awal bulan ini, Hamas membebaskan lebih dari 30 sandera Israel dengan imbalan ratusan tahanan Palestina.

Sebagai bagian dari tahap tersebut, Israel menarik pasukannya dari koridor Netzarim, rute strategis yang membagi Gaza menjadi dua bagian, sehingga ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi bisa kembali ke rumah mereka yang tersisa di bagian utara.

(bbn)

No more pages