Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham-saham keuangan yang menjadi pendorong pelemahan IHSG ialah, saham PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI) yang ambles 20,3%, saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang melemah 10,1%, dan saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dengan tertekan 4,89%.

Senada, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) drop 4,21%, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 2,88%, dan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang melemah 2,35%.

Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori negatif hingga menjadi pemberat IHSG antara lain, saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) terpeleset 9,96%, dan saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dengan pelemahan 4,17%.

Tren Bearish juga terjadi pada saham LQ45 berikut, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melemah 2,41%, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) drop 2,34%. Dan juga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) merah 2,31%.

Adapun kinerja bursa di Asia siang hari ini bergerak bervariasi. Indeks FTSE KLCI Malaysia terbang 1,7%, TOPIX Jepang menguat 0,13%, dan Strait Times Singapore hijau 0,12%. Sementara itu, Hang Seng Hong Kong drop 0,58%, Shanghai melemah 0,39%, NIKKEI 225 turun 0,08%, dan KOSPI merah 0,05%.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari dalam negeri. Realisasi penerimaan pajak dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) hingga Februari 2025, jatuh hingga 30,5% dibandingkan dengan Februari 2024 tahun lalu.

Dalam paparannya di Konferensi Pers APBNKita pada Kamis, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati membeberkan, penerimaan pajak sampai Februari 2025 sejumlah Rp187,8 triliun. 

Angka itu turun tajam dibandingkan penerimaan pajak pada Februari 2024 lalu yang angkanya mencapai Rp269,02 triliun.

Alhasil, bila menghitung secara tahunan, sampai dengan Februari 2025, penerimaan pajak Indonesia ambles sebesar Rp81,22 triliun atau turun hingga sentuh 30,5% YoY.

Dalam paparan kinerja APBN sampai Februari, terungkap juga terjadi defisit APBN sebesar Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap PDB. Angka itu berasal dari nilai pendapatan negara senilai Rp316,9 triliun di kala belanja negara lebih besar yakni mencapai Rp348,1 triliun.

Secara lebih terperinci, Sri Mulyani memaparkan, pendapatan negara sampai Februari adalah 10,55% dari APBN.

Angka sebesar Rp316,9 triliun itu terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp240,4 triliun, yaitu Rp187,8 triliun merupakan penerimaan pajak, lalu Rp52,6 triliun adalah kepabeanan dan cukai. Sementara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tercatat Rp76,4 triliun sampai Februari.

Adapun sisi belanja negara, terungkap bahwa belanja pemerintah pusat mencapai Rp211,5 triliun terdiri atas belanja Kementerian/Lembaga yaitu Rp83,6 triliun dan belanja non KL sebesar Rp127,9 triliun. Sedangkan transfer ke daerah adalah sebesar Rp136,6 triliun.

“Dengan demikian, keseimbangan primer pada Februari 2025 tercatat sebesar Rp48,1 triliun,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kinerja dan Fakta Periode Februari 2025, Kamis.

Dalam hal ini, tak seperti biasanya, anggaran APBN sudah mengalami defisit pada awal tahun, mencapai Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap PDB. Hal ini berbeda dengan kondisi APBN pada Februari 2024 yang mengalami surplus sebesar Rp26 triliun atau 0,63% terhadap PDB.

(fad/wep)

No more pages