Houthi, yang berasal dari wilayah utara Yaman dan merebut ibu kota Sanaa pada 2014 hingga memicu perang saudara, sebelumnya telah memberikan "ultimatum" selama empat hari kepada Israel.
Setelah gencatan senjata dalam konflik Gaza mulai berlaku pada Januari, Houthi mengindikasikan kemungkinan menghentikan serangan terhadap kapal-kapal yang terkait dengan AS dan Inggris. Kedua negara tersebut sebelumnya melancarkan serangan udara terhadap target-target Houthi di Yaman selama konflik berlangsung.
Meskipun serangan roket dan drone sempat mereda, sebagian besar perusahaan pelayaran Barat tetap enggan kembali melewati wilayah tersebut tanpa jaminan keamanan lebih lanjut. Jika serangan kembali terjadi, hal ini dapat semakin memperlambat pemulihan perdagangan maritim di kawasan tersebut.
Pengumuman ini juga berpotensi menghambat pemulihan bertahap Terusan Suez, jalur perairan strategis yang menjadi sumber pendapatan utama bagi Mesir. Pendapatan kanal ini dilaporkan turun sekitar 60% akibat serangan-serangan sebelumnya, dengan potensi kerugian mencapai sekitar 7 miliar dolar AS pada tahun fiskal yang berakhir Juni mendatang.
Pada Januari lalu, Presiden Donald Trump menandatangani keputusan untuk kembali mengklasifikasikan Houthi sebagai organisasi teroris.
Gencatan senjata selama enam minggu di Gaza, yang mencakup pertukaran terbatas antara sandera Israel dan ratusan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel, berakhir pada 2 Maret. Pemerintah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Hamas masih berselisih mengenai syarat-syarat untuk menghentikan pertempuran secara permanen serta pertukaran tahanan lebih lanjut.
Sejak itu, Israel menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan dan barang komersial ke Gaza serta mengancam akan menerapkan lebih banyak pembatasan selama Hamas menolak persyaratan utama yang diajukannya.
Kementerian Luar Negeri Israel menuduh Hamas telah membajak truk bantuan dan mengubahnya menjadi persediaan senjata.
Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, telah mengeluarkan ultimatum pekan lalu, tetapi Israel merespons dengan menghentikan pasokan listrik yang sudah terbatas ke Gaza, sebuah langkah yang disebut pemerintah Israel sebagai bagian dari upaya menekan Hamas dalam krisis sandera yang masih berlangsung.
(bbn)































