Logo Bloomberg Technoz

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan jumlah korban tewas secara keseluruhan dalam tiga hari telah mencapai 1.311, termasuk 830 warga sipil dari minoritas Alawite. Pasukan rezim saat ini dituduh menargetkan sekte keagamaan, yang merupakan asal Assad sambil membalas para pria bersenjata itu.

"Ada laporan tentang eksekusi singkat atas dasar sektarian oleh pelaku yang tidak dikenal, oleh anggota pasukan keamanan otoritas sementara, serta oleh elemen-elemen yang terkait dengan pemerintahan sebelumnya," kata Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Volker Turk dalam sebuah pernyataan.

"Pengumuman otoritas sementara tentang niat mereka untuk menghormati hukum harus diikuti oleh tindakan cepat untuk melindungi warga Suriah, termasuk dengan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran dan penyalahgunaan dan mencapai akuntabilitas ketika hal itu terjadi."

Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan AS "berpihak pada minoritas agama dan etnis Suriah," termasuk Alawite. 

"Otoritas sementara Suriah harus meminta pertanggungjawaban para pelaku pembantaian terhadap komunitas minoritas Suriah ini," katanya dalam sebuah pernyataan. 

Sentimen itu digaungkan oleh Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy, yang menggambarkan kekerasan mematikan itu sebagai "mengerikan." Kekerasan tersebut mengancam akan menggagalkan upaya rezim baru Suriah untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat internasional setelah hampir 14 tahun perang saudara dan mencabut sanksi selama satu dekade yang telah menghancurkan ekonominya.

Pada Januari, AS mengeluarkan izin sementara yang memungkinkan transaksi dengan lembaga negara Suriah dan penjualan energi ke negara tersebut.

Bulan ini, Inggris menghapus bank sentral Suriah dan 23 entitas lainnya dari daftar lembaga yang dikenai sanksi, sebagai pengakuan atas pemerintahan baru negara tersebut setelah penggulingan Assad, sementara Uni Eropa bulan lalu menangguhkan sebagian sanksi pada beberapa sektor termasuk energi dan perbankan.

Menurut kantor berita milik pemerintah Sana, yang mengutip pernyataan dari kepresidenan, komite yang sedang dibentuk tersebut bertugas menyelidiki pelanggaran terhadap warga sipil, menentukan pelakunya, dan merujuk mereka ke pengadilan. Komite tersebut juga akan menyelidiki serangan terhadap lembaga negara dan pasukan.

Al-Sharaa, yang kelompok Hayat Tahrir Al-Sham-nya memimpin pemberontakan Islamis terhadap Assad, sebelumnya dikenal sebagai al-Jolani, nama yang diambilnya saat ia berjuang bersama ISIS di Irak dan kemudian memimpin cabang al-Qaeda di Suriah. Setelah berkuasa, Al-Sharaa telah berusaha mencegah kekerasan di negara yang dilanda perang itu dengan menyita semua senjata dan membubarkan faksi-faksi bersenjata.

(bbn)

No more pages