Di samping itu, saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain saham PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) yang jatuh 24,8%, saham PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) terjungkal 11,3%, dan saham PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) ambles 9,68%.
Di sisi yang sama dengan IHSG, Bursa Asia lainnya berhasil menguat. PSEI (Filipina), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), SETI (Thailand), dan Straits Times (Singapura), yang berhasil menguat dan menghijau dengan masing-masing 1,26%, 0,59%, 0,28%, dan 0,1%.
Sementara itu, NIKKEI 225 (Tokyo), TOPIX (Jepang), Hang Seng (Hong Kong), TW Weighted Index (Taiwan), Shenzhen Comp. (China), KLCI (Malaysia), KOSPI (Korea Selatan), CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), dan SENSEX (India), dan terpangkas masing-masing 2,17%, 1,56%, 0,80%, 0,61%, 0,53%, 0,52%, 0,49%, 0,31%, 0,25%, dan 0,04%.
Sentimen yang mewarnai laju Bursa Saham hari ini adalah datang dari penantian data Job's Report lengkap Ekonomi Amerika Serikat nanti malam.
Data non-Farm Payrolls yang akan dirilis pada Jumat bisa membantu para trader mengidentifikasi arah suku bunga acuan The Fed ke depan karena mereka bergulat dengan dampak geopolitik yang bergejolak, dampak tarif pada pertumbuhan global, dan prospek inflasi.
Termasuk wait and see laporan pekerjaan AS, data penggajian bulan Februari, tingkat pengangguran serta perkembangan upah.
Sebelum laporan lengkap tersebut dirilis, data dari Perusahaan konsultan ketenagakerjaan Challenger, Gray and Christmas menggambarkan pada Februari terjadi PHK tertinggi sejak pertengahan 2020 lalu di AS, sebagian besar terjadi di instansi Federal.
Rekrutmen tenaga kerja di swasta AS juga melambat pada bulan lalu ke level terendah sejak Juli, terutama akibat pemangkasan tenaga kerja di segmen jasa, menurut laporan ADP Research sebelumnya.
Gubernur The Fed Jerome Powell dijadwalkan akan berbicara di forum kebijakan moneter pada Jumat sore setempat. Para pembuat kebijakan akan bertemu pada 18–19 Maret dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil saat mereka mengukur pasar tenaga kerja dan tren inflasi, serta perubahan kebijakan pemerintah baru-baru ini, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Sementara itu, Deputi Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan, ia tidak akan mendukung pemangkasan suku bunga pada Maret, tetapi memandang adanya peluang untuk memotong suku bunga sebanyak dua atau mungkin tiga kali tahun ini.
“Jika pasar tenaga kerja, semuanya, tampaknya bertahan, maka Anda bisa mengawasi inflasi,” kata Waller pada Kamis di Wall Street Journal CFO Network Summit.
Terbaru, Gubernur The Fed Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan mungkin butuh beberapa bulan sebelum ada kejelasan tentang bagaimana kebijakan Presiden Donald Trump dan faktor-faktor lain akan mempengaruhi ekonomi.
Pernyataan Bostic ini mengisyaratkan para pejabat Bank Sentral AS akan menahan suku bunga acuan, setidaknya hingga Juni tahun ini.
Bostic menegaskan kembali kebijakan Trump yang berubah-ubah bisa mempengaruhi ekonomi dengan berbagai cara, yang menambah ketidakpastian pada perekonomian.
Ekonom terus memantau data Klaim mingguan ini untuk melihat tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja, terutama di tengah upaya pemerintahan Trump untuk mengecilkan skala pemerintahan Federal serta kegelisahan dampak tarif terhadap keputusan bisnis.
(fad/ain)





























