Oleh karena itu, wajar jika akan datang saatnya di mana investor ‘gatal’ ingin mencairkan cuan. Maklum, keuntungan yang bisa didapat memang tidak kecil.
“Koreksi harga emas memang sulit terhindarkan setelah naik 8 pekan beruntun. Perkembangan kebijakan tarif di Amerika Serikat (AS) juga menyebabkan volatilitas di pasar sehingga emas mengalami tekanan jual karena investor melepas emas demi menutup kerugian di aset lain,” jelas Ole Hansen, Head of Commodities Strategy di Saxo Bank A/S, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Setelah turun minggu lalu, bagaimanakah proyeksi harga emas pekan ini? Apakah bisa kembali ke jalur hijau?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas masih bertahan di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 66,61. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 54,26. Menghuni area beli (long) tetapi tidak terlampau kuat, cenderung netral.
Jadi, sepertinya pasar emas masih belum kuat, agak lesu. Ini membuat risiko koreksi harga menjadi meningkat.
Ada kemungkinan harga emas akan menguji support di US$ 2.801/troy ons yang menjadi Moving Average (MA) 10. Jika tertembus, maka MA-20 di US$ 2.731/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.869/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi mengangkat harga emas ke arah US$ 2.932/troy ons.
(aji)































