Logo Bloomberg Technoz

Catatan rapat tersebut menggarisbawahi pendekatan hati-hati yang diambil para pembuat kebijakan The Fed setelah menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase pada bulan-bulan terakhir 2024.

Beberapa pejabat mengatakan mereka ingin melihat inflasi menurun lebih jauh menuju target 2% The Fed sebelum mendukung pemangkasan bunga acuan lagi.

Menurut pasar berjangka, para investor saat ini memperkirakan satu kali pemotongan suku bunga pada tahun 2025, dengan kemungkinan penurunan suku bunga kedua.

Beberapa pejabat juga menyatakan kekhawatiran mereka akan risiko-risiko yang ditimbulkan dari potensi pertikaian mengenai plafon utang di Washington.

"Mengenai potensi perubahan signifikan dalam cadangan selama beberapa bulan mendatang terkait dinamika pagu utang, berbagai anggota menilai, mungkin tepat untuk mempertimbangkan menghentikan sementara atau memperlambat penurunan neraca keuangan hingga masalah ini selesai," kata risalah tersebut.

The Fed saat ini mengizinkan hingga US$25 miliar dalam bentuk Treasury dan US$35 miliar dalam bentuk sekuritas yang didukung hipotek untuk jatuh tempo setiap bulan tanpa menginvestasikan kembali pokok yang dikembalikan.

Pemerintah AS mencapai batas utang yang ditetapkan undang-undang pada Januari. Departemen Keuangan sejak saat itu menggunakan langkah-langkah luar biasa untuk memperluas kemampuannya dalam membayar belanja pemerintah federal.

Presiden Donald Trump mendukung rencana dari DPR Fraksi Partai Republik yang akan menaikkan pagu utang sebesar US$4 triliun. Namun, mungkin akan memakan waktu berbulan-bulan untuk dinegosiasikan.

Ketidakpastian Trump

Para pembuat kebijakan juga mengamati pengumuman rencana kebijakan ekonomi Trump dan bagaimana rencana tersebut bisa memengaruhi perekonomian.

Trump meningkatkan agenda yang mencakup peningkatan penggunaan tarif pada mitra dagang AS dan tindakan keras imigrasi, di mana keduanya bisa memengaruhi prospek inflasi, pasar tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi.

Meski menggambarkan risiko-risiko ekonomi seimbang, para pembuat kebijakan "secara umum mengindikasikan adanya risiko kenaikan terhadap prospek inflasi," kata risalah tersebut.

"Para anggota menyebutkan kemungkinan dampak dari potensi perubahan kebijakan perdagangan dan imigrasi, potensi perkembangan geopolitik yang mengganggu rantai pasokan, atau belanja rumah tangga yang lebih kuat dari perkiraan," bunyi risalah tersebut.

Meski begitu, para pejabat memperkirakan bahwa "di bawah kebijakan moneter yang tepat," inflasi akan terus menurun menuju target 2%.

Beberapa pembuat kebijakan juga menyatakan bahwa kesulitan menghilangkan sepenuhnya distorsi musiman dari data inflasi pada awal tahun bisa membuat angka-angkanya "lebih sulit ditafsirkan dari biasanya."

Tinjauan Kerangka Kerja

Para pembuat kebijakan memanfaatkan pertemuan Januari untuk mulai meninjau lima tahunan kerangka kerja kebijakan moneter bank sentral.

Bagian dari tinjauan tersebut akan fokus pada pelajaran yang harus diambil oleh para pembuat kebijakan dari lonjakan inflasi yang terjadi setelah pandemi Covid-19, dan respons bank sentral terhadapnya. Tinjauan ini juga akan membahas komunikasi The Fed.

Risalah rapat The Fed menunjukkan akan ada fokus khusus pada elemen-elemen yang dikenalkan dalam tinjauan kerangka kerja 2020, termasuk "pendekatan untuk mengurangi kekurangan lapangan kerja maksimum, dan pendekatan untuk mencapai inflasi sedikit di atas 2% setelah periode inflasi yang terus-menerus di bawah target."

Tinjauan tersebut diharapkan selesai pada akhir musim panas.

Sementara itu, para pejabat membahas potensi perubahan pada komposisi neraca keuangan bank sentral.

"Banyak anggota menyatakan pandangan bahwa struktur pembelian sebaiknya disusun sedemikian rupa, sehingga komposisi jatuh tempo portofolio SOMA mendekati jatuh tempo utang Treasury, sekaligus meminimalkan risiko gangguan pada pasar," kata risalah tersebut.

(bbn)

No more pages