Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas batangan Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) stagnan pada perdagangan hari ini. Sementara harga emas dunia bergerak naik.
Pada Senin (13/1/2025), emas Antam dihargai Rp 1.568.000/gram. Sama persis dibandingkan hari sebelumnya.
Meski stagnan, tetapi harga emas Antam masih berada di titik tertinggi sepanjang masa. Rekor ini tercapai karena pada Sabtu (11/1/2025) harga melonjak Rp 13.000.
Adapun harga pembelian kembali (buyback) ada di Rp 1.414.000/gram. Juga tidak berubah ketimbang posisi kemarin.
Sementara itu, harga emas dunia (yang menjadi acuan harga emas Antam) merangkak naik. Pada pukul 08:01 WIB, harga emas dunia di pasar spot naik tipis 0,11% ke US$ 2.688,5/troy ons.

Harga emas masih bisa naik meski nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 1,28%.
Emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS, Saat mata uang Negeri Adikuasa terapresiasi, maka emas akan menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.
Sedangkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 30 tahun naik ke atas 5%. Ini menjadi kali pertama dalam lebih dari setahun terakhir.
Emas juga berstatus sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil (non–yielding asset). Memegang emas menjadi kurang menguntungkan saat yield tinggi, karena emas tidak menghasilkan pendapatan tetap.
“Reli harga emas terjadi walaupun yield naik. Sepertinya investor cemas akan risiko inflasi karena stimulus fiskal di AS, kondisi fiskal, dan kenaikan bea masuk,” kata Kaynat Chaiwala, Analis Kotak Securities, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.
Donald Trump Jadi Presiden Bulan Ini
Bulan ini, Donald Trump akan dilantik sebagai Presiden AS. Trump diperkirakan bakal menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif dengan berbagai stimulus, misalnya pemotongan tarif pajak.

Akibatnya, pemerintah AS kemungkinan akan lebih banyak mengakses pasar untuk pembiayaan fiskal. Penerbitan obligasi akan meningkat, sehingga harga turun dan yield naik.
Selain itu, Trump juga kemungkinan akan menerapkan kebijakan luar negeri yang agresif. Bea masuk untuk berbagai produk dari sejumlah negara (terutama yang mengalami surplus dagang besar dengan AS) akan dinaikkan.
Akibatnya, ada ancaman tekanan inflasi di Negeri Paman Sam. Ini karena harga barang dan jasa diprediksi naik akibat penerapan bea masuk tinggi.
Emas dikenal sebagai instrumen lindung nilai (hedging) terhadap inflasi. Saat inflasi meninggi, memegang emas menjadi lebih menguntungkan.
Emas juga merupakan instrumen yang dipandang aman (safe haven). Saat situasi ekonomi dan pasar keuangan tidak menentu, pelaku pasar akan memilih berlindung dengan memegang emas.
(aji)