Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis (30/5/2024), dibuka langsung anjlok. Pada pukul 9.15, indeks kehilangan 72,11 poin atau setara dengan ambles 1,01% ke level 7.068.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia, volume perdagangan tercatat 2,18 miliar saham dengan nilai transaksi Rp1,67 triliun. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 142.424 kali.
Sebanyak 257 saham melemah dan hanya 130 saham menguat. Sementara, 175 saham tidak bergerak.
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Pasar keuangan Amerika Serikat terjadi guncangan, menyusul lonjakan imbal hasil US Treasury, yang bergerak lebih tinggi di seluruh kurva.
Indeks dolar AS juga kembali menguat tajam, dan pagi ini bertahan lebih kuat di 105,13 setelah semalam berhasil melesat 0,49% sekaligus menjadi level tertinggi dalam dua pekan. Lonjakan imbal hasil US Treasury berlanjut pasca penjualan obligasi AS tenor 7Y mencatat permintaan yang lemah.
Hal itu memicu kegelisahan akan pendanaan defisit AS akan semakin menaikkan imbal hasil di kala suku bunga Federal Reserve sepertinya belum akan turun dalam waktu dekat. Yield US Treasury di semua kurva bangkit di mana UST-10Y saat ada di angka 4,614%. Tenor pendek 2Y semakin mendekati 5%, yang saat ini tengah bergerak di 4,975%.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Gubernur The Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya telah menekankan perlunya lebih banyak bukti bahwa inflasi berada di jalur yang berkelanjutan menuju target 2% sebelum mulai memangkas suku bunga acuan, yang telah berada di level tertinggi dalam dua dekade sejak Juli.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor tengah mengambil sikap wait-and-see jelang rilis data Inflasi (PCE Price Index) AS pada Jumat mendatang.
Kekhawatiran mengenai pemangkasan suku bunga acuan di AS juga masih kuat setelah data Indeks Kepercayaan Konsumen yang dirilis oleh The Conference Board secara tak terduga keluar lebih baik dari estimasi sehingga memukul harapan bahwa Federal Reserve akan mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga tahun ini.
“Sentimen pasar juga diperburuk oleh sepinya acara lelang surat utang Pemerintah AS (US Treasuries) bertenor 2 tahun dan 5 tahun semalam,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
(fad)