Logo Bloomberg Technoz

Wacana Kenaikan Tarif KRL, Bagaimana Agar Penumpang Tak Boncos?

Dinda Decembria
05 May 2024 10:30

Suasana penumpang KRL Commuter line di Stasiun Manggarai, Selasa (30/5/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Suasana penumpang KRL Commuter line di Stasiun Manggarai, Selasa (30/5/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) dinilai bisa belajar dari Pemprov Jawa Tengah dan Pemkot Semarang dalam menerapkan penyesuaian tarif angkutan umum seperti bus Trans-Jakarta (TransJak) dan KRL Jabodetabek.

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, mengatakan tarif KRL Jabodetabek tidak berubah sejak 2016, sedangkan TransJak sejak 2005.

Belakangan, muncul desas-desus bahwa pemerintah berencana melakukan penyesuaian terhadap tarif angkutan umum di Ibu Kota tersebut.

Dalam kaitan itu, Djoko menilai kebijakan yang ditempuh Jateng untuk mengelola tarif Trans-Semarang dapat ditiru oleh Jakarta. Pemda setempat memberikan subsidi ongkos angkutan umum sehingga tarif Trans-Semarang dapat dijaga di harga Rp4.000.

“Kemudian [diberikan juga] tarif khusus Rp1.000 yang ditujukan untuk pengguna KRL dengan beberapa status yaitu pelajar/mahasiswa, pemegang kartu identitas anak [KIA], balita, penyandang disabilitas, lansia, dan veteran,” kata Djoko, Minggu (5/5/2024). 

Penumpang berjalan usai turun dari bus Transjakarta di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (24/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)