Logo Bloomberg Technoz

Jika suku bunga di dalam negeri ikut terimbas, pertumbuhan sektor riil serta ekonomi secara agregat akan tersendat.

“Sehingga ketika tingkat suku bunga acuan meningkat karena merespons inflasi yang disebabkan harga minyak dunia yang melonjak, maka pengetatan moneter akan menekan sektor riil dan laju ekonomi,” tutur Faisal.

Bantalan BBM

Dalam kondisi tersebut, Faisal menyebut kenaikan harga minyak dunia biasanya juga akan direspons secara fiskal oleh Kementerian Keuangan dengan menaikkan harga minyak yang disubsidi atau dikompensasi menggunakan annggaran negara.

“Kalau [harga BBM] yang tidak disubsidi, kan dia floating [mengikuti harga pasar] ya, sudah pasti akan terjadi inflasi harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax dan lain-lain,” kata Faisal.

Umumnya, saat terjadi kenaikan harga minyak mentah dunia, harga BBM bersubsidi atau berkompensasi akan tetap dipertahankan alias tidak dinaikkan.

Akan tetapi, jika skenario kenaikan harga minyak mentah dunia menembus di atas US$100/barel berlangsung dalam jangka waktu lama, kemungkinan besar harga BBM bersubsidi seperti Solar dan kompensasi seperti Pertalite akan ikut dinaikkan.

“Jika harga minyak diatas US$100/barel dalam jangka waktu lama, maka ini kemungkinan besar fiskal akan tidak mampu menanggungnya. Walhasil, harga Pertalite dan Solar disesuaikan meningkat, sehingga terjadi lonjakan inflasi akibat administered prices,” jelasnya.

Bahan bakar minyak (BBM)./Bloomberg-David Paul Morris

Inflasi Lanjutan

Kenaikan harga BBM, kata Faisal pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan beberapa komoditas, utamanya harga pangan. Dengan demikian, efek domino yang didapat adalah kenaikan inflasi inti, serta memengaruhi sektor riil dan berakhir penekan pertumbuhan ekonomi.

"Kalau kita menengok 2022 [perang Rusia-Ukraina] itu kan [inflasi] 5,51%, jadi lonjakannya kedepan bisa sampai 5%. Kalau seandainya inflasi di harga minyak dunia akan diikuti harga BBM subsidi di tanah air, inflasi lebih tinggi juga sama akan menekan pertumbuhan ekonomi dan sektor riil,” tuturnya.

Untuk diketahui, Israel sedang bersiap menghadapi serangan oleh Iran dan berdasarkan informasi yang didapat Bloomberg, bisa saja serangan tersebut terjadi pada hari Sabtu. Adapun, tindakan Iran tersebut berpotensi memicu perang regional habis-habisan.

Sementara itu, minyak melonjak ke level tertinggi sejak Oktober di tengah berita persiapan serangan Iran tersebut, atau naik sebanyak 2,6% hingga mencapai US$92 per barel. Adapun, harga minyak pada kontrak berjangka telah melonjak 19% tahun ini karena perang yang menambah premi risiko ke pasar.

(azr/wdh)

No more pages