Logo Bloomberg Technoz

Mengutip laman resminya, mobil EV tersebut bernama JAC Yiwei, yang juga merupakan produk baru yang digagas pada 2023. Mobil ini juga sebelumnya diperkenalkan di Shanghai Auto Show, sebuah pameran otomotif di Negeri Panda pada Februari 2023, dengan varian pertama menggunakan baterai LFP.

Namun, seiring dengan perkembangannya – melalui kerja sama dengan perusahaan teknologi yakni HiNa Battery – mereka berhasil melakukan inovasi dan bakal serius menggunakan baterai EV berbasis natrium-ion tersebut, dan siap memulai produksi massal pada awal tahun ini.

Logo CATL (Dok. Bloomberg)

Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL)

Raksasa produsen baterai China, CATL Co Ltd, juga telah mengatakan pada April tahun lalu bahwa perusahaan akan menggunakan baterai berbasis garam tersebut dalam produksi baterai untuk kendaraan EV-nya.

Keseriusan itu sejalan dengan temuan perusahaan pada 2021 yang juga meluncurkan baterai natrium-ion generasi pertamanya.

CATL mengeklaim bahwa baterai berbasis garam tersebut memiliki keunggulan kepadatan energi tinggi, pengisian cepat, stabilitas termal yang sangat baik, kinerja suhu rendah yang hebat, dan efisiensi integrasi yang tinggi.

Keunggulan tersebut dapat memungkinan menarik minat perusahaan-perusahaan produsen EV yang saat ini masih memakai bahan baku LFP dan NMC, yang dinilai lebih mahal, meski juga ada beberapa keunggulan lainnya.

Belakangan, perusahaan juga telah mengumumkan pada medio April tahun lalu telah bekerja sama untuk memasok baterai berbasis garam tersebut kepada perusahaan produsen otomotif yang juga berasal dari Negeri Panda, yakni Chery Automobile Co. Ltd.

Meski demikian, hingga saat ini belum diketahui secara pasti merek apa yang bakal menggunakan baterai natrium-ion dari produk mobil EV yang bakal diproduksi oleh Chery tersebut.

Peluncuran BYD untuk pasar mobil listrik di Indonesia. (Bloomberg Technoz/Dovana Hasiana)

Build Your Dreams (BYD)

Sementara itu, pabrikan mobil EV yang juga memproduksi baterai EV asal Negeri Tirai Bambu ini belakangan juga tengah serius mengembangkan produk baterai berbasis garam tersebut.

Itu terbukti dari langkah perusahaan yang berencana membangun pabrik baterai sodium-ion di wilayah Xuzhou, China pada awal tahun lalu.

Melalui anak usahanya, FindDreams Battery, BYD bekerja sama dengan Huaihai Group--sebuah perusahaan manufaktur yang juga berbasis di Xuzhou. Keduanya berinvestasi sekitar ¥10 miliar atau setara dengan Rp22,2 triliun (kurs saat ini) untuk membangun pabrik seluas 310 ribu hektar tersebut.

Perusahaan menargetkan kapasitas produksi tahunan baterai sodium-ion mencapai sekitar 30 GigaWatt hour (GWh).

(ibn/wdh)

No more pages