Logo Bloomberg Technoz

Kinerja Rupiah Kuartal III-2023

Rupiah Masih akan Sulit Keluar Dari Lingkaran Setan Pelemahan

Ruisa Khoiriyah
02 October 2023 11:05

Pameran Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) di Jakarta, Jumat (18/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pameran Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) di Jakarta, Jumat (18/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah mengalami kinerja kuartalan terburuk dengan tekanan bertubi-tubi yang kian mengikis kekuatannya dalam menghadapi beban sentimen eksternal, di tengah semakin tipisnya bekal penguatan dari dalam. 

Harga minyak dunia yang masih terus mendaki naik, menjelma jadi momok besar bagi rupiah mengingat posisi Indonesia yang sejauh ini masih menjadi pengimpor minyak mentah. Kekuatan Transaksi Berjalan akan terus terkikis ditambah penyempitan imbal hasil investasi Indonesia dengan Amerika Serikat (AS), akan semakin menurunkan daya tarik modal asing untuk masuk ke pasar domestik meski ada instrumen baru dengan yield tinggi.

Dengan probabilitas kenaikan bunga acuan Federal Reserve sekali lagi di sisa tahun ini, ditambah harga minyak dunia yang diprediksi sulit turun di tengah pasokan global yang masih ketat, rupiah sejauh ini belum memiliki pegangan yang cukup kuat untuk melawan tekanan pelemahan. Ada potensi level psikologis baru akan tertembus dalam waktu dekat, atau pada kuartal IV-2023 dengan makin tingginya bunga acuan global yang melesatkan imbal hasil investasi di Amerika dan membuat dolar AS kian tak terkalahkan.

Nilai tukar rupiah semakin mendekati level terlemah tahun ini (Bloomberg)

Selama kuartal III-2023, mata uang Indonesia ini kehilangan nilai hingga 3%, penurunan terburuk dalam satu kuartal sejak Juni 2022. Catatan kinerja itu menempatkan rupiah sebagai valuta Asia terburuk kedua, hanya sedikit lebih baik dibandingkan baht Thailand yang kehilangan 3,5% nilainya selama periode Juli-September lalu.

Tekanan pada rupiah pada kuartal lalu kebanyakan akibat arus keluar modal asing terpicu oleh sentimen bunga acuan Federal Reserve yang semakin melesatkan tingkat imbal hasil surat utang Amerika, US Treasury. Yield UST 10 tahun kini bertengger di level 4,61%, sementara imbal hasil SUN tenor yang sama di kisaran 6,98%. Selisih imbal hasil Indonesia dan AS hanya berjarak tak sampai 240 bps, selisih terpendek sejak titik terlebar terjadi pada Maret lalu sebesar 340 bps.

Defisit Transaksi Berjalan