Logo Bloomberg Technoz

Potret Prancis Dilanda Gelombang Panas yang Menerpa Eropa

News
03 July 2025 21:06

Pejalan kaki minum dari pancuran air saat gelombang panas melanda Marseille, Prancis, Selasa (1/7/2025). (Jeremy Suyker/Bloomberg)

Pejalan kaki minum dari pancuran air saat gelombang panas melanda Marseille, Prancis, Selasa (1/7/2025). (Jeremy Suyker/Bloomberg)

Gelombang panas hebat terus melanda Eropa. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)

Gelombang panas hebat terus melanda Eropa. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)

Otoritas kesehatan di Prancis dan Jerman telah mengeluarkan peringatan merah akibat sistem tekanan tinggi yang menetap. (Jeremy Suyker/Bloomberg)

Otoritas kesehatan di Prancis dan Jerman telah mengeluarkan peringatan merah akibat sistem tekanan tinggi yang menetap. (Jeremy Suyker/Bloomberg)

Prancis telah mengalami cuaca panas sejak pertengahan Juni, menyebabkan puncak Menara Eiffel ditutup bagi pengunjung. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)

Prancis telah mengalami cuaca panas sejak pertengahan Juni, menyebabkan puncak Menara Eiffel ditutup bagi pengunjung. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)

Menurut Météo-France, suhu tertinggi di Prancis tengah bisa mencapai 39°C. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)

Menurut Météo-France, suhu tertinggi di Prancis tengah bisa mencapai 39°C. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)

Cuaca panas ekstrem diperkirakan akan memecahkan rekor baru. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)

Cuaca panas ekstrem diperkirakan akan memecahkan rekor baru. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)

Kondisi ini membahayakan kesehatan jutaan orang dan membebani sistem energi. (Cyril Marcilhacy/Bloomberg)

Kondisi ini membahayakan kesehatan jutaan orang dan membebani sistem energi. (Cyril Marcilhacy/Bloomberg)

Cuaca panas meningkatkan permintaan energi untuk pendingin udara, dan juga mengancam pembangkitan nuklir. (Cyril Marcilhacy/Bloomberg)

Cuaca panas meningkatkan permintaan energi untuk pendingin udara, dan juga mengancam pembangkitan nuklir. (Cyril Marcilhacy/Bloomberg)

Pejalan kaki minum dari pancuran air saat gelombang panas melanda Marseille, Prancis, Selasa (1/7/2025). (Jeremy Suyker/Bloomberg)
Gelombang panas hebat terus melanda Eropa. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)
Otoritas kesehatan di Prancis dan Jerman telah mengeluarkan peringatan merah akibat sistem tekanan tinggi yang menetap. (Jeremy Suyker/Bloomberg)
Prancis telah mengalami cuaca panas sejak pertengahan Juni, menyebabkan puncak Menara Eiffel ditutup bagi pengunjung. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)
Menurut Météo-France, suhu tertinggi di Prancis tengah bisa mencapai 39°C. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)
Cuaca panas ekstrem diperkirakan akan memecahkan rekor baru. (Anita Pouchard Serra/Bloomberg)
Kondisi ini membahayakan kesehatan jutaan orang dan membebani sistem energi. (Cyril Marcilhacy/Bloomberg)
Cuaca panas meningkatkan permintaan energi untuk pendingin udara, dan juga mengancam pembangkitan nuklir. (Cyril Marcilhacy/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Gelombang panas hebat terus melanda Eropa. Suhu yang lebih sejuk dalam beberapa hari mendatang diperkirakan hanya akan memberikan kelegaan sementara.

Otoritas kesehatan di Prancis dan Jerman telah mengeluarkan peringatan merah akibat sistem tekanan tinggi yang menetap, dikenal sebagai kubah panas, yang menyebabkan sebagian besar wilayah benua mengalami cuaca ekstrem.

Menurut Météo-France, suhu tertinggi di Prancis tengah bisa mencapai 39°C, meski lebih rendah dari suhu puncak 41,3°C di Nimes. Negara ini telah mengalami cuaca panas sejak pertengahan Juni, memaksa puncak Menara Eiffel ditutup bagi pengunjung.

Cuaca panas ekstrem diperkirakan akan memecahkan rekor baru karena perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas gelombang panas.

Kondisi ini membahayakan kesehatan jutaan orang dan membebani sistem energi, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir di Prancis yang bergantung pada suhu sungai untuk mendinginkan reaktor.

Udara panas dari Sahara yang diperkuat laut hangat menjadikan bulan lalu sebagai Juni terpanas yang pernah tercatat di Inggris dan Spanyol. Musim semi di Inggris adalah yang terkering dalam lebih dari satu abad, sedangkan Potsdam mencatat curah hujan terendah sejak 1890-an. 

Ahli meteorologi Amy Hodgson menyatakan bahwa kondisi panas dan kering diperkirakan akan kembali pada pertengahan bulan dan bertahan hingga akhir Juli.

(bbn)