Sejak itu, hubungan China–Jepang memburuk setelah Sanae Takaichi menjadi perdana menteri aktif pertama Jepang yang secara terbuka menyatakan Tokyo dapat mengerahkan militernya jika Beijing menyerang Taiwan yang berpemerintahan sendiri. China kemudian mendorong warganya mengurangi perjalanan ke Jepang dan membatasi impor makanan laut Jepang, sembari menuntut pemimpin baru negara itu menarik pernyataannya.
Lee sebelumnya menyatakan bulan ini bahwa ia dapat memainkan peran mediasi di antara ekonomi terbesar Asia, seraya mengatakan dalam konferensi pers bahwa “memihak hanya akan meningkatkan eskalasi konflik.”
Sejumlah eksekutif bisnis disebut akan bergabung dalam perjalanan perdana Lee ke China sejak menjabat, menurut Yonhap News, termasuk Ketua Eksekutif Samsung Electronics Jay Y. Lee, Ketua SK Group Chey Tae-won, serta Ketua Hyundai Motor Group Euisun Chung.
Juru bicara Samsung dan Hyundai kepada Bloomberg News menolak berkomentar mengenai agenda para CEO mereka. Perwakilan perusahaan lain tidak merespons permintaan komentar.
Sementara pendahulu Lee, Yoon Suk Yeol, memprioritaskan penguatan hubungan pertahanan dan ekonomi dengan Amerika Serikat dan Jepang untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara, Lee menempuh pendekatan yang lebih seimbang. Ia memberi sinyal kehati-hatian untuk tidak memihak di tengah rivalitas AS–China yang kian intens, langkah yang berpotensi melancarkan hubungan dagang.
Keterkaitan ekonomi kedua negara melemah dalam beberapa tahun terakhir, dengan perusahaan Korea menghadapi persaingan yang lebih ketat di China serta dampak lanjutan dari sengketa lama terkait sistem pertahanan rudal AS. Ketegangan kembali meningkat ketika Beijing menjatuhkan sanksi terhadap unit AS milik Hanwha Ocean Co. terkait rencana investasinya di Amerika, meski langkah tersebut kemudian ditangguhkan.
Isu Korea Utara juga kemungkinan masuk agenda selama kunjungan Lee, setelah Kim Jong Un melakukan perjalanan luar negeri yang jarang terjadi ke China tahun ini untuk menghadiri parade militer. Kunjungan itu berlangsung ketika Pyongyang berupaya memperdalam kerja sama pertahanan dengan Rusia, menambah sinyal sikap Kim yang kian berani, di mana ia bersumpah memperluas kemampuan nuklir negaranya “tanpa batas.”
(bbn)






























