Belum jelas seberapa serius rencana tersebut akan dijalankan. Pembatasan teknologi secara besar-besaran terhadap China berpotensi mengguncang perekonomian AS yang saat ini masih menyesuaikan diri dengan dampak tarif perdagangan yang diberlakukan oleh Presiden Trump.
Bessent menambahkan bahwa pejabat senior AS akan memulai negosiasi dengan pemerintah China “dengan niat baik” dan “penuh rasa hormat.”
Baik Beijing maupun Washington selama ini kerap menggunakan ancaman kebijakan perdagangan sebagai strategi negosiasi—untuk menambah daya tawar dalam upaya mengurangi hambatan antara dua ekonomi terbesar dunia itu.
Awal bulan ini, Trump menyatakan akan memberlakukan tambahan tarif sebesar 100% terhadap China, serta pembatasan ekspor atas “semua jenis perangkat lunak penting” mulai bulan depan.
AS menegaskan langkah tersebut merupakan respons atas rencana China membatasi ekspor logam tanah jarang, bahan penting dalam pembuatan berbagai produk seperti motor, semikonduktor, dan jet tempur, serta penerapan biaya baru bagi kapal AS di pelabuhan China.
Meski begitu, Trump optimistis pertemuan dengan Presiden Xi Jinping pekan depan akan menghasilkan “kesepakatan dagang yang baik.”
“Saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan Presiden Xi. Saya berharap bisa mencapai kesepakatan yang baik dengannya,” kata Trump, dalam jamuan makan siang bersama anggota Partai Republik di Rose Garden Gedung Putih. “Saya ingin dia juga mendapat kesepakatan yang baik untuk China — tapi itu harus adil.”
Trump sebelumnya juga sempat melontarkan ancaman berbeda terhadap Beijing jika kedua pihak gagal mencapai kesepakatan.
“Mereka tidak akan bisa mendapatkan suku cadang untuk pesawat mereka. Kami yang membuat pesawat-pesawat itu,” ujar Trump dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Gedung Putih.
(bbn)


























