Dia mengklaim, BNPB tetap harus turun untuk mengukur dampak gempa tersebut terhadap masyarakat. Lembaga pusat tersebut akan menarik diri jika seluruh penanganan memang sudah bisa dituntaskan Pemprov Papua Tengah dan instansi terkait di wilayah tersebut.
Namun, jika kondisi ternyata cukup buruk, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayor Jenderal Budi Irawan akan segera menuju lokasi untuk mengambil alih dan memimpin penanganan darurat.
“Apakah status akan ditingkatkan atau apakah ini sudah bisa ditangani kita akan lihat ke depannya. Jika eskalasi semakin masif, maka Deputi Bidan Penanganan Darurat, Mayjen TNI Budi Irawan malam ini akan berangkat ke sana,” kata Suharyanto.
Berdasarkan laporan sementara, hingga pukul 10.00 WIB, gempa berkekuatan magnitudo 6.6 tersebut menyebabkan dua unit rumah rusak, sejumlah fasilitas bandara rusak pada bagian kaca-kaca, kantor bupati rusak pada bagian plafon, Gereja Katolik KR Malompo rusak pada bagian langit-langit, Jembatan Sriwani amblas, dan jaringan telepon serta komunikasi sempat lumpuh.
“Kami juga memastikan kerusakan akan kami perbaiki,” kata Suharyanto.
Hingga pukul 11.00 WIB, gempabumi susulan atau after shock telah mencapai 53 kali. Dari data tersebut, ada sebanyak 3 gempabumi berskala cukup besar, namun tidak menyebabkan dampak signifikan.
BNPB pun telah meminta warga setempat tak panik, namun tetap meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Dengan melihat kejadian masa lalu, wilayah Kabupaten Nabire pernah diguncang gempabumi berskala M 6.4 pada 2004 yang menyebabkan korban jiwa 32 orang meninggal dunia dan 213 lainnya mengalami luka-luka. Sebanyak 178 rumah warga terbakar dan 150 lainnya roboh akibat guncangan gempabumi.
“Kita patut waspada. Pada tahun 2004 pernah terjadi di Nabire berkekuatan M 6.4 dan banyak memakan korban jiwa meninggal dunia dan kerusakan infrastruktur,” ujar Suharyanto.
(dov/frg)

































