Dalam lima tahun kedepan, Eniya menargetkan tambahan kapasitas listrik dari energi panas bumi sebesar 1,1 GW.
Di sisi lain, Eniya menyatakan kementerian mengalokasikan kapasitas panas bumi sebesar 5,2 GW selama 10 tahun mendatang dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero).
“Nah, di dalam lima tahun ini kita berharap percepatan tambah satu giga. Jadi kita bisa melompat untuk menjadi nomor satu di dunia. Mohon dukungan, mohon kolaborasi dari Bapak-Ibu semua,” tegas Eniya.
Kuota Geothermal
Adapun, PLN menargetkan tambahan kapasitas panas bumi sebesar 5,1 gigawatt (GW) dalam draf RUPTL 2025—2034.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan sebagian besar kuota pengembangan panas bumi itu bakal dikerjakan oleh pengembang swasta atau independent power producer (IPP).
Rencanannya, PLN bakal mengerjakan tambahan kapasitas setrum 585 MW atau 11% dari porsi pengembangan panas bumi yang tertuang dalam dokumen penyediaan listrik anyar tersebut.
Sementara itu, IPP mendapat alokasi sebesar 4,57 GW atau 89% dari keseluruhan rencana kapasitas pengembangan.
“Dalam hal ini, porsi PLN hanyalah 11%, kemudian porsi dari pengembang swasta ini 89% sekitar 4,5 GW,” kata Darmawan saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, medio Juni.
Di sisi lain, Darmawan mendorong adanya bantuan pembiayaan dengan bunga rendah untuk pengembangan blok panas bumi nantinya.
Dia beralasan risiko pengembangan panas bumi relatif tetap tinggi kendati pemerintah telah membantu untuk mengurangi beban pada sisi eksplorasi awal.
“Perlu pembiayaan dengan bunga yang rendah, ini bukan hanya untuk PLN, tetapi untuk partner-partner kami,” kata dia.
(azr/wdh)






























