Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga naik 55 poin atau setara 4,06% ke level Rp1.415/saham.
Saham-saham tersebut membantu menopang IHSG yang sepanjang perdagangan hari ini lompat lebih dari 1% ke level 7.835.
"Reaksi pasar adalah respons yang paling cepat, dengan banyak ekspektasi positif ke depan, terutama terhadap sektor banking yang memang krusial," ujar Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia, dikutip Jumat (12/9/2025).
Seperti diketahui, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengalihkan saldo anggaran lebih (SAL) dari Bank Indonesia (BI) ke Himbara senilai Rp200 triliun. Ini kemudian yang menyulut reaksi pasar, yang kemudian disebut Purbaya Effect.
Pengalihan dana tersebut dinilai akan meningkatkan likuiditas bank, sehingga penyaluran kredit baik untuk korporasi maupun individu, lebih optimal.
"Penyaluran SAL, dengan maksud supaya bank bisa salurkan kredit. Ini rumus dasar pergerakan roda ekonomi," jelas Liza.
Meski demikian, menurut Liza, dampak pengalihan SAL baru akan tampak pada kinerja keuangan bank di kuartal III-2025 atau kuartal terakhir di tahun ini. Sejumlah parameter juga perlu menjadi perhatian.
"Apakah kredit benar-benar tersalurkan tanpa mengorbankan NIM terlalu besar, serta tetap menjaga pridensi NPL di angka wajar atau sehat."
Yang terpenting, lanjut Liza, Himbara tidak kemudian memanfaatkan SAL tersebut untuk membeli obligasi pemerintah. Ini penting untuk menjaga defisit anggaran di bawah 3%.
Sikap Asing
Goldman Sachs menaikkan target harga saham Himbara. Goldman Sachs menaikkan peringkat atau rating rekomendasi saham BBRI menjadi buy/beli saham BRI dengan target mencapai Rp4.760/saham dari rekomendasi sebelumnya Rp4.180/saham dengan rating netral, berdasarkan data Bloomberg.
Dilansir dari riset yang sama, Goldman Sachs juga meninggikan target harga saham BMRI menjadi Rp5.850/saham dengan rekomendasi sama yaitu buy/beli, Target saham BMRI sebelumnya adalah Rp5.162/saham.
Senada, Goldman Sachs juga menaikkan peringkat atau rating rekomendasi saham BBNI menjadi buy/beli dengan target Rp5.180/saham dari rekomendasi sebelumnya Rp4.550/saham dengan rating netral.
Kemudian, konsensus Bloomberg, dari Bank Himbara ini PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang memiliki potensi upside paling besar yakni 31,6% dari harga saat ini di Rp4.500/saham. Target harga dipatok di Rp5.922/saham.
Sebanyak 30 analis atau 81,1% merekomendasikan beli, 4 analis atau 10,3% merekomendasikan tahan atau netral sementara 3 analis lainnya merekomendasikan jual. Target tertinggi datang dari Yuanta Investment dengan target Rp7.800/saham.
Selanjutnya saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang berada di posisi Rp4.360 memiliki potensi return sebesar 15,2%. Dari 38 analis, sebanyak 84,2% memberikan rekomendasi beli, 10,5% tahan, dan 5,3% jual. Target harga konsensus 12 bulan tercatat Rp5.020, atau lebih tinggi 15,2% dibandingkan posisi saat ini.
Untuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), harga saham berada di level Rp4.090. Konsensus analis terdiri atas 76,9% rekomendasi beli, 20,5% tahan, dan 2,6% jual. Target harga rata-rata 12 bulan ditetapkan di Rp4.584, dengan potensi kenaikan 12,1%.
Terakhir, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang berada di level Rp1.370. Konsensus analis menunjukkan 59,1% rekomendasi beli, 31,8% tahan, dan 9,1% jual. Target harga rata-rata 12 bulan terlampaui yaitu Ro1.335/saham.
Sementara itu, riset Bloomberg Intelligence memaparkan, rencana penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) dari Bank Sentral ke bank–bank Himbara berpotensi membantu meringankan isu keketatan likuiditas.
“Bank Rakyat Indonesia bakal lebih diuntungkan, mengingat LDR mereka di atas rata–rata industri (peers), terlebih lagi dengan penurunan suku bunga dan langkah–langkah likuiditas lainnya diprediksi memerlukan periode tertentu untuk benar–benar berdampak,” sebut riset Bloomberg Intelligence.
Dari riset terpisah, Bloomberg juga menyebut likuiditas perbankan Indonesia terus membaik: Laporan Bulanan BI.
“Likuiditas bank di Indonesia berpotensi terus membaik, dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun melampaui pertumbuhan kredit, yaitu mencapai 6,8% dibanding 6,7% pada Juli, menurut data Bank Indonesia,” papar riset tersebut.
Potensi peningkatan belanja pemerintah dari Menteri Keuangan yang baru bisa memberikan dukungan tambahan. Tekanan biaya dana juga diestimasikan mereda, seiring peluang penurunan suku bunga kebijakan lebih lanjut hingga 2026.
“Belanja Pemerintah yang meningkat berpotensi menopang pertumbuhan, sejalan dengan dorongan menteri keuangan baru untuk mempercepat laju ekonomi.”
(red)































